SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
( STKIP – PGRI ) PONTIANAK
Jl.
Ampera Kota Baru Pontianak Telp./ Fax : ( 0561 ) 748219 / 6589855
UJIAN
AKHIR SEMETER GANJIL T.A 2012/2013
Dosen : Siswandi, M.Pd
Mata Kuliah : Pengantar Pendidikan
Semester / Kelas : I / A dan B Sore
Hari / Tanggal : Senin, 4 Februari 2013
Jumlah Peserta : 100 Mahasiswa
Petunjuk
mengerjakan soal:
1. Berdo’alah
sebelum memulai suatu pekerjaan !
2.
Isilah identitas mahasiswa dan Mata
Kuliah dengan lengkap !
3.
Jawablah soal – soal file-nya dicopy ke
CD/Flash Dish
4.
Jawaban boleh dikerjakan mulai dari yang
dianggap mudah terlebih dahulu.
5.
Urutkan jawaban UAS sesuai dengan nomor
urut Absen/daftar hadir dan masukkan kedalam amplop yang telah disediakan.
6.
Jumlah soal ada 5, dan masing – masing
memiliki bobot 20.
7.
Bentuk ujian Take Home.
SOAL –
SOAL UJIAN :
1. Jelaskan
pengertian Pendidikan, Fungsi pendidikan dan jenis lingkungan pendidikan,
berdasarkan teori yang anda pelajari.
2.
Kemukakan aliran – aliran pendidikan
berdasarkan pendapat para ahli
.
3.
Permasalahan pendidikan meliputi apa
saja jelaskan contoh kasusnya.
4.
Dalam Undang – Undang Sistem Pendidikan
Nasional, no.20 tahun 2003 terdapat XXII Bab dan 77 Pasal, salinlah Undang –
Undang tersebut untuk kelas A Sore dan Penjelasan Undang – Undang untuk kelas B
Sore. ( cara pengerjaannya dibagi sesuai dengan jumlah mahasiswa dalam satu
kelas )
5.
Jelaskan tujuan dari Pendidikan dan arah
Pembangunan mental Sumber Daya Manusia Indonesia saat ini.
Jawaban
– Jawaban Ujian :
1. Pengertian
Pendidikan, Fungsi Pendidikan, dan Jenis Lingkungan Pendidikan !
Pendidikan
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Fungsi
Pendidikan
Fungsi
Pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana pendidikan itu diarahkan, sasaran
yang dicapai melalui pendidikan memiliki ruang lingkup sama dengan fungsi
pendidikan. Adapun beberapa fungsi pendidikan yang saya ketahui adalah sebagai
berikut :
a. Mempersiapkan
anggota masyarakat untuk mencari nafkah
b. Mengembangkan
bakat seseorang demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
c. Melestarikan
kebudayaan.
d. Menanamkan
keterampilan yang berfungsi bagi partisipasi dalam hidup bermasyarakat.
Jenis Lingkungan
Pendidikan
Manusia memiliki
sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu
terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial manusia secara efesien dan efektif itulah yang disebut
dengan lingkungan pendidikan, khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan
yakni keluarga, sekolah dan masyarakat.
Secara umum
fungsi pendidikan adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan
berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial dan budaya), utamanya berbagai
sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang
optimal.
2. Aliran –
aliran pendidikan berdasarkan pendapat para ahli !
A. John
Locke ( 1632 – 1704 )
Aliran
Empirisme
Aliran empirisme
yang dipelopori oleh John Locke, filosof Inggris yang hidup pada tahun
1632-1704 teorinya dikenal dengan Tabula Rasa (meja lilin), yang menyebutkan
bahwa anak yang lahir ke dunia seperti kertas putih yang bersih yang belum ditulisi.
Teori ini secara jelas mengatakan anak sejak lahir tidak mempunyai bakat dan
kemampuan. Oleh karena itu, orang tua tidak banyak berpengaruh terhadap perkembangan
anak laki-laki dan perempuan. Menurutnya, pengalaman empiris yang dapat membentuk
kemampuan anak melalui hubungan dengan lingkungan (sosial, alam,dan budaya). Menurut
aliran ini, pendidik berfungsi sebagai faktor luar yang memegang peranan
penting dalam membentuk peserta didik, oleh karena itu menurut aliran ini pendidik
harus menyediakan lingkungan pedidikan bagi anak, dan anak akan menerima
pendidikan sebagai pengalaman sehingga pengalaman yang diperoleh anak tersebut
akan membentuk tingkah laku, sikap, serta watak sesuai tujuan pendidikan yang
diharapkan. Kelemahan aliran ini adalah hanya mementingkan pengalaman,
sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dikesampingkan. Padahal,
ada anak yang berbakat dan berhasil meskipun lingkungan tidak mendukung. Aliran
empirisme mengatakan bahwa pembawaan itu tidak ada, yang dimiliki anak adalah
akibat pendidikan baik sifat yang baik maupun sifat yang jelek, jadi
perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali ditentukan oleh
lingkungan atau dengan pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil,
sehingga manusia dapat menjadi apa saja atau menurut kehendak lingkungan atau
pendidiknya.
B. Schopenhauer
(1788 – 1880 )
Aliran
Navitisme
Tokoh aliran
Nativisme adalah Schopenhauer.seorang Filosof Jerman yang hidup pada tahun 1788-1880.
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan individu ditentukan oleh
faktor–faktor yang dibawa sejak lahir. Faktor lingkungan kurang berpengaruh
terhadap perkembangan anak laki-laki dan perempuan. Nativisme berpendapat jika
anak memiliki bakat jahat dari lahir ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika
anak memiliki bakat baik ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak
sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri.
Berdasarkan pandangan ini, keberhasilan pendidikan ditentukan olah anak didik
sendiri. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan
jahat, dia akan menjadi jahat, sebaliknya, kalau anakmembawa pembawaan baik,
dia akan menjadi orang baik. Pembawaan buruk dan baik tidak akan diubah dari
kekuatan luar. Meskipun dalam kenyataan sehari-sehari, sering ditemukan anak
mirip orang tuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada
pada orang tuanya, tetapi pembawaan itu bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan
perkembangan. Masih banyak faktor yang bisa mempengaruhi perkembangan anak
dalam menuju kedewasaannya. Kaum nativisme mengatakan bahwa pendidikan tidak
dapat mengubah sifat –sifat pembawaan. Jadi, kalau benar pendapat tersebut
percuma kita mendidik karena yang jahat tidak akan menjadi baik.
C. J.J.
Rousseau (1712-1778)
Aliran
Naturalisme
Pandangan yang
ada persamaannya dengan nativisme adalah naturalisme yang dipelopori oleh J.J.
Rousseau (1712-1778) Naturalime mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang
lahir di dunia mempunyai pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi
rusak karena pengaruh lingkungan, sehingga naturalisme sering disebut
negativisme. Naturalisme memiliki prinsip tentang proses bahwa anak didik
belajar melalui pengalaman sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara
pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan di dalam diri secara
alami. Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik
berperan sebagai fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang
mampu mendorong keberaniaan anak didik ke arah pandangan yang positif dan
tanggap terhadap kebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari
pendidik. Tanggung jawab belajar tergantung pada diri anak didik sendiri.
Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat dengan
menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar anak
didik.
D. William
Stern ( 1871 – 1939 )
Aliran
Konvergensi
Tokoh aliran
konvergensi adalah Willian Stern. Ia seorang tokoh pendidikan Jerman yang hidup
tahun 1871-1939. Aliran konvergensi merupakan kompromi atau kombinasi dari
aliran nativisme dan empirisme. Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir di
dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya
akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi, faktor pembawaan dan lingkungan
sama-sama berperan penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan
berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan.Sebagai
contoh, hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata, adalah juga
hasil konvergensi. Lingkungan pun mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan
pembawan bahasanya. Karena itu tiap anak manusia mula-mula menggunakan bahasa
lingkungannya, misalnya bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa melayu, atau bahasa
Batak, dan lain-lain. Kemampuan dua orang anak (yang tinggal dalam satu
lingkungan sama) untuk mempelajari bahasa mungkin tidak sama. Itu disebabkan
oleh adanya perbedaan kuantitas pembawaan dan perbedaan situasi lingkungan,
meskipun lingkungan kedua anak tersebut menggunakan bahasa yang sama. William
Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan
lingkungan. Karena itu, teori W. Stern disebut teori konvergensi (konvergen
artinya memusat ke satu titik). Menurut teori konvergensi ada tiga prinsip: (1)
pendidikan mungkin untuk dilaksanakan,(2) pendidikan diartikan sebagai pertolongan
yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang
baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik, dan (3) yang
membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.
Aliran
konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat
dalam memahami tumbuh kembang manusia. Meskipun demikian terdapat variasi
pendapat tentang faktor-faktor mana yang paling pentingdalam menentukan tumbuh
kembang itu.
E. John
Dewey ( 1859 – 1952 )
Aliran
Progresivisme
Tokoh aliran
Progresivisme adalah John Dewey. Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai
kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah
yang bersifat menekan, ataupun masalah-masalah yang bersifat mengancam dirinya.
Aliran ini memandang bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan. Hal itu
ditunjukkan dengan fakta bahwa manusia mempunyai kelebihan jika dibanding
makhluk lain. Manusia memiliki sifat dinamis dan kreatif yang didukung oleh
kecerdasannya sebagai bekal menghadapi dan memecahkan masalah. Peningkatan
kecerdasan menjadi tugas utama pendidik, yang secara teori mengerti karakter
peserta didiknya.Peserta didik tidak hanya dipandang sebagai kesatuan jasmani
dan rohani, namun juga termanifestasikan di dalam tingkah laku dan perbuatan
yang berada dalam pengalamannya. Jasmani dan rohani, terutama kecerdasan, perlu
dioptimalkan. Artinya, peserta didik diberi kesempatan untuk bebas dan sebanyak
mungkin mengambil bagian dalam kejadian-kejadian yang berlangsung disekitarnya,
sehingga suasana belajar timbul di dalam maupun di luar sekolah.
F. Giambatista
Vico ( 1668 – 1744 ) & Jean Piaget ( 1896 – 1980 )
Aliran
Konstruktivisme
Gagasan pokok
aliran ini diawali oleh Giambatista Vico, seorang epistemiolog Italia. Ia
dipandang sebagai cikal bakal lahirnya konstruktivisme. Ia mengatakan bahwa
Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan
Mengerti berarti mengetahui sesuatu jika ia mengetahui. Hanya Tuhan yang dapat
mengetahui segala sesuatu karena Dia Pencipta segala sesuatu itu. Manusia hanya
dapat mengetahui sesuatu yang dikonstruksikan Tuhan. Bagi Vico, pengetahuan dapat
menunjuk pada struktur konsep yang dibentuk. Pengetahuan tidak bisa lepas dari
subjek yang mengetahui. Aliran ini dikembangkan oleh Jean Piaget. Melalui teori
perkembangan kognitif, Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan interaksi
continue antara individu satu dengan lingkungannya. Pengetahuan merupakan suatu
proses, bukan suatu barang. Menurut Piaget, mengerti adalah proses adaptasi intelektual
antara pengalaman dan ide baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya,
sehingga dapat terbentuk pengertian baru.Piaget juga berpendapat bahwa
perkembangan kognitif dipengaruhi oleh tiga proses dasar, yaitu asimilasi,
akomodasi, dan ekuilibrasi. Asimilasi adalah perpaduan data baru dengan
struktur kognitif yang telah dimiliki. Akomodasi adalah penyesuaian struktur
kognitif terhadap situasi baru, dan ekuilibrasi adalah penyesuaian kembali yang
secara terus menerus dilakukan antara asimilasi dan akomodasiAliran
Kontruktivisme ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak diperoleh dari hasil
konstruksi kognitif dalam diri sesorang, melalui pengalaman yang diterima lewat
pencaindra, yaitu penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa.
Dengan demikian, aliran ini menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan
dari seseorang kepada orang lain, dengan alasan pengetahuan bukan barang yang
bisa dipindahkan, sehingga jika pembelajaran ditujukan untuk mentransfer ilmu,
perbuatan itu akan sia-sia saja. Sebaliknya, kondisi ini akan berbeda jika
pembelajaran ini ditujukan untuk menggali pengalaman.
3. Permasalahan
pendidikan adalah :
A. Masalah
Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan
dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti yang
diharapkan. Masalah ini muncul karena rendahnya kualitas pendidik, khususnya di
daerah terpencil yang kekurangan tenaga pendidik. Untuk menutupi kekurangan
tenaga pendidik tersebut, banyak sekolah yang merekrut tenaga pendidik yang
hanya berlatar belakang SMA atau sederajat. Selain itu, kurangnya sarana dan
prasarana penunjang pembelajaran juga menjadi penyebab randahnya mutu
pendidikan di Indonesia. Contoh : guru yang direkrut untuk menutupi kekurangan
guru berlatar belakang SMA / Sederajat sedangkan yang diajar adalah siswa &
siswi Sekolah Menengah Atas.
B.
Masalah
Relavansi Pendidikan
Masalah relevansi
pendidikan muncul karena, jumlah pendidik yang dihasilkan lembaga pendidikan
untuk bidang tertentu jumlahnya lebih besar daripada tenaga yang dibutuhkan.
Sedangkan untuk bidang lainnya, pendidik yang dihasilkan kurang atau bahkan
tidak ada sama sekali. Hal ini menyebabkan tidak relevannya jumlah pendidik di
lapangan, sehingga banyak pendidik yang mengajar di bidang yang bukan
keahliannya. Contohnya : guru yang berlatar belakang pendidikan olah raga
mengajar pelajaran pendidikan sejarah, karena kurangnya tenaga pengajar.
C.
Mahalnya
Biaya Pendidikan
Tidak dapat dipungkiri,
sekarang ini pendidikan yang berkualitas adalah hal yang sangat sulit
didapatkan. Pendidikan yang berkualitas juga hanya bisa didapatkan oleh
orang-orang tertentu yang memiliki kemampuan finansial yang baik, hal ini
dikarenakan untuk mendapat pendidikan yang berkualitas membutuhkan biaya yang
tidak sedikit. Sehingga sekarang ini ada istilah “pendidikan yang berkualitas
itu mahal”, “pendidikan yang berkualitas hanya untuk orang-orang kaya”. Hal ini
sungguh sangat ironis sekali, padahal banyak sekali anak-anak berprestasi dan
anak-anak yang memiliki kecerdasan tinggi di Indonesia, tapi mereka hanya
menjadi buruh di pabrik, karena tidak mempunyai biaya untuk melanjutkan
pendidikan. Contohnya : sekolah berstandar internasional ( SBI ) yang
seharusnya diperuntukkan untuk siswa berprestasi justru biaya pendidikannya
sangat mahal, sehingga bukan siswa berprestasi yang bersekolah di sekolah
tersebut, melainkan siswa – siswa yang memiliki tingkat ekonomi tinggi .
D.
Rendahnya
Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan
guru seperti menjadi masalah klasik dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Bagaimana tidak, di saat para birokrat dan pejabat menerima pendapatan yang
tinggi, para guru menerima pendapatan yang boleh dibilang “sekedarnya” saja.
Sehingga apabila seorang guru mempunyai profesi lain di luar bidangnya, sudah
menjadi hal yang biasa di negeri ini. Memang sekarang ini sudah ada
sertifikasi, yang membuat para guru dibayar dengan “pantas”. Tetapi tidak semua
guru bisa mendapatkan hal tersebut, proses yang rumit dan terkesan dipersulit,
membuat banyak guru yang belum menerima pendapatan yang sesuai dengan apa yang
sudah diberikannya. Belum lagi nasib para guru bantu dan guru honorer, yang
bahkan penghasilannya sangat jauh dari kata “pantas”. Contohnya : Minimnya
gaji-gaji guru khususnya di daerah-daerah terpencil, sehingga banyak guru yang
mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhannya, jadi tidak fokus
mengajar disekolah.
4.
Dalam Undang – Undang
Sistem Pendidikan Nasional, no.20 tahun 2003 terdapat XXII Bab dan 77 Pasal. Di
dalam UUPN no.20 tahun 2003, didalam pasal 4 ayat 2 yang berbunyi “ Pendidikan
dengan sistem terbuka adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan
fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian program lintas kesatuan dan jalur
pendidikan ( multi entry- multi exit system ). Peserta didik dapat belajar
sambil bekerja dan mengambil program – program pendidikan pada jenis dan jalur
pendidikan pada jenis dan jalur pendidikan yang berbeda secara terpadu dan
berkelanjutan melalui pembelajaran tatap muka atau jarak jauh. Pendidikan
multimakna adalah proses pendidikan yang diselenggarakan dengan berorientasi
pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan watak dan kepribadian, serta
berbagai kecakapan hidup.
Penjelasan
Didalam pasal 4 ayat 2
ini, dijelaskan bahwa pemerintah melaksanakan program pendidikan yang fleksibel
bagi mereka yang bekerja atau memliki kegiatan lain di waktu-waktu saat
pendidikan seharusnya berlangsung. Program ini biasanya dilaksanakan pada
perguruan tinggi yaitu dengan perkuliahan malam ataupun perkuliahan yang
dilakukan pada saat week end ( sabtu – minggu ). Dimana dalam pelaksanaan
program ini perkuliahan bisa dilakukan secara tatap muka atau jarak jauh,
sehingga peserta didik yang bekerja tetap dapat melaksanakan pendidikannya.
5.
Tujuan
Pendidikan dan arah Pembangunan mental Sumber Daya Manusia Indonesia saat ini !
Tujuan
Pendidikan Indonesia Saat Ini
Di dalam
kurikulum yang sedang digunakan Indonesia saat ini, yaitu KTSP sekolah menjadi
penyelenggara pendidikan yang berhak dalam menentukan sendiri indikator bagi
setiap kompetisi dari semua mata pelajaran, dan sistem KTSP ini sudah di atur
dalam UU dan beberapa ketetapan MPR, diatantaranya sebagai berikut :
Tujuan pendidikan
di Indonesia saat ini adalah seperti yang sudah diatur dalam dalam UU No.2
tahun 1985 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang
seutuhnya yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan berbangsa.
Adapun ketetapan
MPR tentang tujuan pendidikan Indonesia adalah sebagai berikut : menurut TAP
MPR NO II/MPR/1993 yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif , terampil, disiplin,
beretos kerja profesional serta sehat jasmani dan rohani.
Pendidikan
Nasional juga harus menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah
air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial, serta
kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa pahlawan, serta
berorientasi masa depan.
Serta menurut
TAP MPR No.4/MPR/1975, tujuan pendidikan
Indonesia saat ini adalah membangun di bidang pendidikan didasarkan atas
falsafah negara pancasila dan diarahkan untuk membentuk manusia-manusia
pembangun yang berpancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat jasmani dan
rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat mengembangkan
kreatifitas dan tanggung jawab dapat menyuburkan sikap demokratis dan penuh
tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi
pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai
dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945, BAB II ( pasal 2,3, dan 4 ).
Tujuan
Pembangunan Mental SDM Indonesia
Berdasarkan
tujuan pendidikan indonesia, sudah jelas dijelaskan bahwa tujuan pembangunan
Indonesia adalah pembangunan yang diperuntukkan sebagai dasar pembentuk mental
yang bermoral, berpendidikan, beriman dan takwa kepada Tuhan Yang Masa Esa.
Pada umumnya, tujuan pembangunan
mental SDM Indonesia ialah pembangunan karagter yang berdasarkan Pancasila
untuk menjadi bangsa yang mandiri di era globalisasi, jadi dapat di simpulkan
bahwa pembangunan mental SDM Indonesia lebih berfokus kepada peningkatan
kesadaran generasi muda akan pentingnya menjadi generasi penerus bangsa yang
memiliki karagter sesuai dengan nilai – nilai dasar pancasila. Pemerintah
bersama seluruh elemen masyarakat bersatu untuk terus berusaha membangun
karakter bangsa Indonesia terutama pada generasi muda agar Indonesia menjadi
bangsa yang mandiri pada era Globalisasi sekarang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar