TUGAS
INDIVIDU
SEJARAH
PENDIDIKAN
Dosen : Suwarni, M.Pd
Nama : Agus Rasiwan
Nim : 221200096
Kelas : A Pagi
Semester : 2 ( Dua )
Soal
1.
Buatlah secara ringkas bagaimana
pendidikan Yunani Purba khususnya Sparta & Athena, serta ahli pendidik
yunani!
Jawab;
Pendidikan Yunani kuno atau Yunani purba terbagi
menjadi dua, yakni Sparta dan Athena. Penduduk Sparta disebut bangsa Doria,
sedangkan penduduk Athena disebut bangsa Lonia. Kedua negara tersebut merupakan
Polis atau negara kota. Sparta dengan ahli negaranya Lycurgus, sedang Athena
dengan ahli negaranya Solon. Pada kedua negara tersebut terdapat
perbedaan-perbedaan dalam dasar, tujuan, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran.
Orang-orang Sparta mementingkan pembentukan jiwa patriotik yang kuat dan gagah
berani (Djumhur, 1976:24).
1. Sparta
Sparta adalah negara Aristokrasi-militeristis.
Dasarnya Undang-undang Lycurgus (± 900 SM). Ciri pendidikan: pendidikan
diselenggarakan oleh negara dan hanya untuk warga negara merdeka. Pendidikan di
Sparta didasarkan atas dua asas:
a. Anak adalah milik negara;
b. Tujuan pendidikan adalah
membentuk serdadu-serdadu pembela negara
serta warga negara.
Pendidikan diperuntukkan hanya bagi warga negara yang
merdeka (bukan budak) dan Lebih mengutamakan pendidikan
jasmani.
Anak-anak yang telah mencapai
umur 7 tahun diasramakan.
Pelaksanaan pendidikan :
anak-anak dibiasakan menahan lapar, tidur di atas bantal rumput, dan pada musim
dingin hanya memakai mantel biasa saja. Sifat-sifat yang harus dimiliki
tentara, seperti keberanian, ketangkasan, kekuatan, cinta tanah air, dan tunduk
pada disiplin selalu mendapat perhatian. Sebaliknya, pelajaran seperti kesenian
dianggap tidak terlalu penting dan diabaikan. Musik dan nyanyian hanya
dijadikan alat untuk mempengaruhi jiwa dalam melaksanakan dinas ketentaraan (A.
Ahmadi, 1987:162).
2) Athena
Athena adalah negara demokrasi.
Dasar yang dipakai adalah: Undang-undang Solon (± 594 SM). Berbeda dengan
Sparta, tujuan pendidikan Athena adalah: membentuk warganegara dengan jalan
pembentukan jasmani dan rohani yang harmonis (selaras). Ciri-ciri pendidikan di
Athena adalah:
a. Pendidikan diselenggarakan oleh
keluarga dan sekolah;
b. Sekolah diperuntukkan bagi
seluruh warga negara (bebas).
Materi atau bahan pelajaran
terbagi atas dua bagian:gymnastis dan muzis.
Gymnastis untuk pembentukan jasmani, sedangkan muzis untuk
pembentukan rohani. Pendidikan jasmani diberikan di Palestra, tempat bergulat,
lempar cakram, melompat, lempar lembing (pentathlon atau
pancalomba). Pembentukan muzis meliputi: membaca, menulis,
berhitung, nyanyian, dan musik. Dalam perkembangannya dalam pembentukan muzis akan
dipelajari artes liberales atau “seni bebas”, yang terdiri
dari:
a) trivium (tiga ajaran), yaitu: grammatica; rhetorica (pidato);
dan dialektika yaitu ilmu mengenai cara berpikir secara logis
dan bertukar pikiran secara ilmiah;
b) quadrivium (empat ajaran), yang terdiri
dari: arithmetica(berhitung); astronomia (ilmu
bintang); geometria (ilmu bumi alam dan falak); musica.
Dalam membaca, diberikan dengan
metode mengeja (sintetis murni); dan menulis dilakukan pada batu tulis yang
dibuat dari lilin (Djumhur: 1976).
Pendidikan warganegara sangat diutamakan di Yunani,
terutama di Sparta. Segala kepentingan negara diletakkan di atas kepentingan
individu (perseorangan). Dalam perkembangannya muncul keinginan untuk mendapat
kebebasan pribadi, terutama dari kaum sofist.
Kaum sofist adalah kelompok orang yang tidak mengakui
kebenaran mutlak dan berlaku umum. Mereka berpendapat, bahwa manusia adalah
ukuran segala sesuatu (anthroposentris,anthropos: manusia; sentris:
pusat). Sesuatu dianggap benar kalau itu menimbulkan keuntungan atau
kemenangan. Kebenaran bersifat relatif (tergantung kapan dan siapa yang
melihat).
Akibat dari ajaran sofisme tersebut adalah, turunnya
nilai-nilai kebudayaan, merosotnya nilai-nilai kejiwaan, pembentukan harmonis
antara jiwa dan raga dikesampingkan dan sebagainya. Orang mencari pengetahuan
dengan tujuan untuk mencapai kebendaan semata (intelektual-materialistis).
Kepentingan negara harus tunduk kepada kepentingan perseorangan. Pendidikan
kecerdasan lebih penting daripada pendidikan agama dan kesusilaan.
2.
Jelaskan Pendidikan Romawi dan aliran
filsafatnya !
Jawaban
1
Pendidikan Yunani Purba
Sparta
Sparta adalah negara
Aristokrasi-militeristis. Dasarnya Undang-undang Lycurgus (± 900 SM). Ciri
pendidikan: pendidikan diselenggarakan oleh negara dan hanya untuk warga negara
merdeka. Pendidikan di Sparta didasarkan atas dua asas:
a. Anak
adalah milik negara
b. Tujuan
pendidikan adalah membentuk serdadu-serdadu pembela negara serta warga negara.
Tujuan pendidikan Sparta adalah
membentuk warga negara yang siap membela negara (membentuk tentara yang gagah
berani). Ciri-ciri pendidikannya adalah :
a. Pendidikan
diperuntukkan hanya bagi warga negara yang merdeka (bukan budak)
b. Lebih mengutamakan
pendidikan jasmani.
c. Anak-anak
yang telah mencapai umur 7 tahun diasramakan.
Pelaksanaan pendidikan : anak-anak
dibiasakan menahan lapar, tidur di atas bantal rumput, dan pada musim dingin
hanya memakai mantel biasa saja. Sifat-sifat yang harus dimiliki tentara,
seperti keberanian, ketangkasan, kekuatan, cinta tanah air, dan tunduk pada
disiplin selalu mendapat perhatian. Sebaliknya, pelajaran seperti kesenian
dianggap tidak terlalu penting dan diabaikan. Musik dan nyanyian hanya
dijadikan alat untuk mempengaruhi jiwa dalam melaksanakan dinas ketentaraan.
Athena
Athena
adalah negara demokrasi. Dasar yang dipakai adalah: Undang-undang Solon (± 594
SM). Berbeda dengan Sparta, tujuan pendidikan Athena adalah membentuk warganegara dengan jalan pembentukan
jasmani dan rohani yang harmonis (selaras). Ciri-ciri pendidikan di Athena
adalah:
a.
Pendidikan diselenggarakan oleh keluarga
dan sekolah.
b.
Sekolah diperuntukkan bagi seluruh warga
negara (bebas).
Materi
atau bahan pelajaran terbagi atas dua bagian: gymnastis dan muzis. Gymnastis
untuk pembentukan jasmani, sedangkan muzis untuk pembentukan rohani. Pendidikan
jasmani diberikan di Palestra, tempat bergulat, lempar cakram, melompat, lempar
lembing (pentathlon atau pancalomba). Pembentukan muzis meliputi: membaca,
menulis, berhitung, nyanyian, dan musik. Dalam perkembangannya dalam
pembentukan muzis akan dipelajari artes liberales atau “seni bebas”, yang
terdiri dari:
a. Trivium (tiga ajaran), yaitu: grammatica;
rhetorica (pidato); dan dialektika yaitu ilmu mengenai cara berpikir secara
logis dan bertukar pikiran secara ilmiah
b. Quadrivium (empat ajaran), yang terdiri dari:
arithmetica (berhitung), astronomia (ilmu bintang), geometria (ilmu bumi alam
dan falak), musica.
Dalam
membaca, diberikan dengan metode mengeja (sintetis murni) dan menulis dilakukan
pada batu tulis yang dibuat dari lilin.
Pendidikan
warganegara sangat diutamakan di Yunani, terutama di Sparta. Segala kepentingan
negara diletakkan di atas kepentingan individu (perseorangan). Dalam perkembangannya
muncul keinginan untuk mendapat kebebasan pribadi, terutama dari kaum sofist.
Kaum
sofist adalah kelompok orang yang tidak mengakui kebenaran mutlak dan berlaku
umum. Mereka berpendapat, bahwa manusia adalah ukuran segala sesuatu
(anthroposentris, anthropos: manusia; sentris: pusat). Sesuatu dianggap benar
kalau itu menimbulkan keuntungan atau kemenangan. Kebenaran bersifat relatif
(tergantung kapan dan siapa yang melihat).
Akibat
dari ajaran sofisme tersebut adalah, turunnya nilai-nilai kebudayaan,
merosotnya nilai-nilai kejiwaan, pembentukan harmonis antara jiwa dan raga
dikesampingkan dan sebagainya. Orang mencari pengetahuan dengan tujuan untuk
mencapai kebendaan semata (intelektual-materialistis). Kepentingan negara harus
tunduk kepada kepentingan perseorangan. Pendidikan kecerdasan lebih penting
daripada pendidikan agama dan kesusilaan.
Ahli Pendidik
Yunani Purba
a. Phytagoras ( 580 – 500 SM )
b. Socrates ( 469 – 399 SM )
c. Plato ( 427 – 347 SM )
d. Aristoteles ( 384 – 322 SM )
2
Pendidikan Romawi dan aliran filsafatnya
Pendidikan
Romawi
Pendidikan Romawi tampak lebih
sederhana dan lebih disesuaikan dengan kebutuhan negara jika dibandingkan
dengan pendidikan Yunani. Roma yang pada awalnya adalah negara petani,
mengalami dua masa yang masing-masing berbeda baik tujuan maupun alat-alat
pendidikannya, yaitu jaman Romawi lama dan jaman Romawi baru (Hellenisme).
Jaman Romawi
Lama
Pendidikan
pada jaman ini bertujuan membentuk warganegara yang setia dan berani, siap
berkorban membela kepentingan tanah airnya. Diutamakan pembentukan warganegara
yang cakap sebagai tentara. Pendidikan diselenggarakan oleh keluarga, dan
merupakan pendidikan bangsawan bukan pendidikan rakyat. Materi pelajarannya
meliputi membaca, menulis, dan berhitung. Pendidikan jasmani dan kesusilaan
menjadi prioritas. Hasil pendidikan dinilai baik, karena:
a.
Kebiasaan aturan dalam rumah tangga yang
keras, ayah mempunyai kekuasaan mutlak dan anak-anak patuh pada perintahnya.
b.
Kedudukan ibu hampir sama dengan
kedudukan ayah, ia menjadi pemelihara rumah tangga.
c.
Agama mempunyai pengaruh besar, orang
romawi percaya dikelilingi oleh dewa-dewanya.
d.
Anak-anak mempelajari undang-undang
negaranya, menganggapnya sakti dan tidak melanggar.
Jaman Romawi
Baru (Helenisme)
Hellenisme
adalah aliran kebudayaan yang diciptakan oleh ahli-ahli filsafat Yunani
(Hellas). Sejak saat itu bangsa Romawi mulai menyadari arti penting ilmu
pengetahuan. Dengan demikian maka tujuan pendidikan mengalami perubahan: untuk
pembentukan manusia yang harmonis. Pendidikan rasio dan kemanusiaan (humanitas)
menjadi prioritas. Organisasi sekolah yang dibentuk meliputi:
a. Sekolah
rendah : pelajarannya membaca, menulis, dan berhitung. Musik dan menyanyi tidak
mendapat perhatian.
b. Sekolah
menengah : pelajarannya ilmu pasti, ilmu filsafat, dan kesusasteraan klasik.
c. Sekolah
tinggi : diberikan keahlian pidato, hukum, dan undang-undang.
Pendidikan
menjadi kehilangan sifat praktisnya dan rakyat Roma mulai berpedoman kepada
filsafat. Pada perkembangan selanjutnya Romawi terbawa oleh arus aliran
filsafat yang berdampak cukup besar bagi pendidikan Roma, yaitu Epicurisme
(dipelopori Epicurus 341-270 SM), dan aliran Stoa (dipelopori Zeno 336-264 SM).
Aliran Epicurisme berpendapat hahwa kebahagian akan terwujud manakala manusia
menyatu dengan alam. Aliran Stoa berpendapat bahwa tujuan hidup adalah mencapai
kebajikan. Kebajikan itu akan terwujud apabila manusia dapat menyesuaikan diri
dengan alamnya, karena manusia adalah bagian dari alam. Sedangkan alam itu
sendiri dikuasai oleh budi Ilahi. Karena manusia merupakan bagian dari alam,
maka di dalamnya terkandung sebagian dari budi ilahi itu. Jadi tidak ada
perbedaan antara alam dengan Tuhan, dan alam adalah Tuhan dan Tuhan adalah
alam, yang disebut juga panteisme (pan: seluruh, semua; theos: Tuhan). Sehingga
hidup sesuai dengan alam berarti hidup sebagai manusia berakal dan berbudi.
Dengan munculnya
dua paham tersebut cita-cita atau tujuan Romawi berubah dari rnembentuk manusia
sehat kuat untuk membela tanah air (kebajikan kepahlawanan) menjadi membentuk
manusia yang bijaksana dan berakal budi (kebajikan kemanusian/humanitas).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar