BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia
merupakan mahluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya untuk bisa hidup di
dunia ini. Manusia juga membutuhkan nilai dan norma di dalam hidunya, agar
hidupnya bisa berjalan dengan baik dan sempurna. Semua itu diatur dalam sebuah
aturan nilai dan norma yang disebut dengan agama. Semua aturan dii atur dalam
nilai dan norma di dalam agama. Di dunia saat ini banyak sekali agama yang
telah berkembang dari masa ke masa yakni agama Islam, budha, Kristen, Katolik,
Protestan, dan masih banyak lagi. Perkembangan agaama di suatu daerah juga
mempunyai sejarahnya masing-masing, yang mempengaruhi Masyarakat itu sendiri.
Salah
satunyaDi asia barat yaang terkenal dengan agama islam yang telah tercatatdi
dalam sejarah. Islam adalah agama atau kepercayaan yang lahir di kota mekah
yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW, yang mana islam pada masa itu meluruskan
dari moral manusia khususnya masyarakat Arab yang mana pada masa itu masih
dalam kaadaan kegelapan atau masa jahiliyah. Sehingga Allah SWT mengutus
seorang rasul terakhir untuk meluruskan moral manusia yang telah hancur pada
saat itu.
Di
jaman jahiliayah ini banyak sekali kebodohan yang telah dilakukan oleh Bangsa Arab
pada masa itu seperti berjinah, judi, dan membunuh. Lantas seperti apa
kehidupaan Masyarakat Arab Pra-Islam, baik itu dalam segi Politik, agama Dan
Kebudayaan, Manusia saat itu
benar-benar dalam kebodohan yang sangat akan ucapan-ucapan yang mereka sangka
baik padahal bukan, serta amalan yang disangka baik padahal rusak. Paling
mahirnya mereka adalah yang mendapat ilmu dari warisan para Nabi terdahulu
namun telah samar bagi mereka antara haq dan batil. Atau yang sibuk dengan
sedikit amalan meski kebanyakannnya mengamalkan bid’ah yang dibuat-buat.
Walhasil, kebatilannya berlipat-lipat kali dari kebenarannya
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas,
dapat dirumuskan permasalahan sebagi berikut:
1.
Seperti apa Arab sebelum Islam?
2.
Apa yang dimaksud dengan Jahiliyah?
3.
Siapa jahiliah itu?
4.
Seperti apa ciri-ciri Jahiliah itu?
5.
Seperti apa peradapan Pra-Islam?
C. TUJUAN PENUISAN
Berdasarkan perumusan masalah di atas, karya
tulis ini bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembacanya. Namun secara umum karya tulis ilmiah ini
bertujuan untuk:
1.
Memenuhi tugas Mata quliah
Sejaarah Asia Barat Lama yakni tetang Masyarakat Arab Pada Masa jahiliah.
2.
Mengetahui kehidupan
Masyarakat Arab Pra-islam.
3.
Mengetahui dan mengkaji
pengertian dan devinisi Jahiliyah.
4.
Mempelajari peradapan Arab
Pra-Islam.
5.
Menjadi patokan teman-teman
mahasiswa sejarah kelas A Pagi dalam belajaar pembelajaran sejarah Asia Baraat
Lama, khususnya tentang kehidupan Masyarakat Arab Pada Masa Jahiliah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ARAB SEBELUM ISLAM
Mekah
merupakan kota yang sangat penting di negeri Arab, baik dari kawaasannya,
tradisinya, maupun letaknya. Yang mana kota ini merupakan jalur perdagangan yang
menghubungkan Yaman di selatan dan Sriyah diutara. Ditambah lagi dengan adanya kakbah ditengah kota
makadari itulah mekah merupakan pusat sentra keagamaan “sebelum islam” sebagai tempat untuk berjiarah, di mana di
dalam kakbah pada masa sebelum islam terdapat 360 berhala yang terletak
mengelilingi berhala utama yaitu berhala Hubal yang berada di dalam kakbah.
Mekak kelihatan makmur dan kuat yang mana pada masa ini masyarakat arab
mencerminkan kesukuan dengan luas Jajirah Arab satu juta mil persegi.
Jajirah Arab merupakan tempat kediaman
mayoritas masyarakat Arab pada masa itu, yang mana jajirah arab terbagilagi
menjadi dua bagian besar pada masa itu, yaitu bagian tengah dan pesisir. Disana
tidak ada sungai atau danau yang mengalir tetap seperti di sungai kapuas, yang
ada hanya ada lembah yang berair karena hujan. Daerah jazirah kebanyakan adalah
padang pasir sahara yang memiliki kaadaan dan sifat yang berbeda-beda dan sulit
terbaca, maka dari itu daerah jajirah arab terbagilagi menjadi tiga bagian:
1.
Sahara langit yang memanjang 140 Mil dari utara ke selatan dan 180 Mil
dari timur ke barat, namalainya juga adalah sahara Nufud. Yang mana Oase dan
mata airnya jarangsekali ditemukan, dan tiupan anginnya yang menimbulkan debu
dan sukar untuk dilewati.
2.
Kemudian ada sahara selatanyang membentang menyambung dari sahara langit
itu sendiri yang membentang dari arah timur sampai di persia, hampir semuanya
merupakan dataran keras yang tandus dan pasirnya yang bergelombang, daerah ini
disebut-sebut dengan Al-rub al-khalil atau bagian yang sepi.
3.
Nah yang berikutnya ini adalah daerah yang terdiri dari tanah liat dan
bebatuan hitam yang seperti telah terbakar yang tersebar di wilayah ini, yang
seluruhnya mencapai 29 buah.
B.
DEFINISI MASA JAHILIAH
Jahiliah
adalah konsep yang ada dalam agama islam yang mana menunjukaan mekak pada saat
itu berada dalam masa kebodohan, dalam sariat islam pun memiliki arti” ketidak
tahuan akan petunjuk ilahi” kaadaan ini
menunjikan masa arab kuno, yakni pada masyarakat Arab Pra Islam sebelum
diutusnya seorang rasul yang bernama Nama Nabi Muhammad S.A.W.
Dalam
pandangan al-Quran jahiliyah adalah sikap
atau kaadaan Masyarakat Yang bodoh tentaang nilai-nilai Islam, walaupun
mereka bergelar dokter bahkaan Propesor sekalipun bila mereka bodoh terhadap
Islam maka mereka dicap Jahiliyah.
C.
PENDUDUK ARAB PRA-ISLAM
Pada
masa Pra-Islam penduduk Sahara sangat sedikit, yang mana pada masa itu cuma
terdapat suku Badui yang hidup dengan gaya pedesaan dan Nomadik. Sedangkan
daerah pesisir jika dibandingkan dengan sahara itu sangat kecil seperti
selembar pita yang mengelilingi jajirah. Sedangkan untuk penduduk yang menetap
itu mata pencarian nya adalah bertani dan berniaga karena itu mereka sempat
membina kerajaan.
Jika
kita kaji mengenai asal usul keturunannya penduduk jazirah arab dapat
dibagilagii menjadi dua golongan besar, yaitu Qahtthanium dan Adnaniyun (
keturunan Ismail Ibn Ibrahim). Yang mana menurut sejarahnya wilayah utara itu
diduduki oleh adnaniyun dan wilayah selatan di diami oleh Qahtthanium. Akan
tetapi kedua suku ini membaur karena berpindah-pindah. Dari utara ke selatan
atau sebaliknya.
Masyarakat
yang nomadik maupun yang menetap, hidup dalam budaya kesukuan Badui. Kemudian
kelompok beberapa kabilah membentuk kabilah atau Clan, dan beberapa kabilah
membentuk suku atau Trib yang di pimpin oleh seorang Syakh. Mereka suka
berperang maka dari itu perang antar suku sering sekali terjadi. Dalam
masyarakat yang suka berperang tersebut, membuat nilai wanita menjadi rendah.
Situasi seperti ini terus berlangsung sampai islam lahir dan jaman ini disebut
dengan masa kebodohan atau masa jahiliyah.
D.
CIRI-CIRI JAMAN JAHILIAH
1.
Pemerintah yang bodoh terhadap aturan yang memisahkan agama dengan
berpolitik.
2.
Para penguasanya suka menindas rakyatdan mementingkan diri sendiri atau
Rasnya sendiri.
3.
Pada masa ini manusia tidak ada bedanya dengan Binatang, siapa yang kuat
dia yang berkuasa atau lebih sering disebut dengan hukum Rimba bahkan tidak ada
yang halal dan yang haram.
Agama bangsa arab sebelum masuknya islam adalah agama Humanisme, ada yang menyembah bulan, bintang,
matahari, api dan patung bahkan juga ada
yang beragama Nasrani Dan Yahudi. Peradaban
bangsa Arab pra Islam sangat tinggi dan mengalami kemajuan pesat di berbagai
bidang. Hal ini dapat dilihat dari kerajaan-kerajaan yang berdiri di Yaman
seperti kerajaan Ma’in, kerajaan Qutban, kerajaan Saba’ dan kerajaan Himyar.
Selain itu juga bisa terlihat dari adanya syair-syair Arab. Sedangkan yang dimaksud dengan Jahiliyah
oleh Islam karena kebiasaan membunuh anak perempuan (karena takut lapar dan
malu), berperang, dan kepercayaan mereka
yang menyembah sesuatu yang mereka buat dan selain Allah.
Selain
kesyirikan, kebiasaan jelek yang
mereka lakukan adalah perjudian dan mengundi nasib dengan 3 anak panah. Caranya
dengan menuliskan “ya”, “tidak” dan dikosongkan pada ketiga anak panah itu.
Ketika ingin bepergian misalnya, mereka mengundinya. Jika yang keluar “ya”,
mereka pergi dan jika “tidak”, tidak jadi pergi. Jika yang kosong maka diundi
lagi.
Mereka juga mempercayai berita-berita ahli nujum,
peramal dan dukun, serta menggantungkan nasib melalui burung-burung. Ketika ingin
melekukan sesuatu, mereka mengusir burung. Jika terbang ke arah kanan berarti
terus, jika ke arah kiri berarti harus diurungkan. Selain itu, mereka juga
pesimis dengan bulan-bulan tertentu. Misalnya karena pesimis dengan bulan
safar, mereka kemudian merubah aturan haji sehingga tidak mengijinkan orang
luar Makkah untuk haji kecuali dengan memakai pakaian dari mereka. Jika tidak
mendapatkan, maka melakukan thawaf dengan telanjang.
Kehidupan sosial kemasyarakatan dalam kaitannya dengan
hubungan lain jenis pun sangat rendah, khususnya di kalangan masyarakat
menengah ke bawah. Sampai-sampai pada salah satu cara pernikahan mereka, seorang wanita
menancapkan bendera di depan rumah. Ini merupakan tanda untuk mempersilahkan
bagi laki-laki siapa saja yang ingin ‘mendatanginya’. Jika sampai melahirkan,
maka semua yang pernah melakukan hubungan dikumpulkan dan diundang seorang ahli
nasab untuk menentukan siapa bapaknya, kemudian sang bapak harus menerimanya.
Poligami saat itu juga tidak terbatas, sehingga seorang laki-laki bisa menikahi wanita
sebanyak mungkin. Bahkan sudah menjadi
hal yang biasa seorang anak menikahi bekas istri ayahnya dengan mahar semau
laki-laki. Jika perempuan itu tidak mau, maka laki-laki itu akan memaksa wanita
itu untuk menikah kecuali dengan siapa yang diizinkan olehnya. Sehingga dalam banyak hal, wanita
terdzalimi. Sampai yang tidak berdosapun merasakan kedzaliman itu, yaitu bayi-bayi wanita yang ditanam
hidup-hidup karena takut miskin dan hina.
Tentunya,
kenyataan yang ada lebih dari yang tergambar di atas. Meski tidak dipungkiri di
sisi lain mereka memiliki sifat atau perilaku yang baik, namun itu semua lebur
dalam kerusakan agama, moral yang bejat, yang di kemudian hari seluruhnya
ditentang oleh Islam dengan diutusnya Rasullallah Shallallahu ‘alaihi Wasallam
sebagai pelita yang sangat terang bagi umat ini.
E.
PERADAPAN PRA-ISLAM
Sebelum Islam
diperkenalkan dan diperjuangkan oleh Nabi Muhammad saw sebagai fondasi
peradaban baru, bangsa Arab dan bangsa-bangsa yang ada di sekitarnya telah
memiliki peradaban. Maka dalam Makalah ini, akan Kami ungkapkan beberapa aspek peradaban Arab
pra-Islam, di antaralain agama, politik, ekonomi dan seni budaya.
1.
Agama Pra-Islam
Sebelum kedatangan
Islam yang dibawa oleh Muhammad, di dunia Arab terdapat bermacam agama yang
dianut oleh masyarakat Arab. yaitu paganisme [penyembah
berhala], Kristen, Yahudi, dan Majusi.Menurut Nurcholish Madid,
masyarakat Arab telah mengenal agama tauhid semenjak kehadiran Ibrahimalaihissalam.
Peninggalan agama Ibrahim masih tersisa ketika Islam diperkenalkan pada
masyarakat Arab dan peninggalan agama Ibrahim yang masih sangat terasa
adalah “penyebutan Allah sebagai Tuhan mereka”. Secara fisik
peninggalan nabi Ibrahim dan Ismail yang masih terjaga dan terpelihara sampai
sekarang adalah Baitullah atau Ka’bah yang
berada di pusat kota Mekkah.
Dalam catatan
sejarah, bahwa sebelum menjelang kelahiran Islam, bangsa Arab masih
“menempatkan Allah sebagai Tuhannya”, walaupun dalam perkembangan berikutnya
mengalami proses pembiasaan yang mengakibatkan terjadinya “pengingkaran
prinsip tauhid”. Pada umumnya, bangsa Arab saat itu menjadikan
berhala sebagai sesuatu yang sangat dekat dengan mereka, yang dianggap
membimbing dan menentukan kehidupan mereka. Oleh karenanya, masyarakat Arab
pada saat itu disebut sebagai penyembah berhala atau paganisme. Hal
yang menyebabkan bangsa Arab menyembah berhala, yaitu setiap mereka pergi ke
luar kota Mekkah, mereka selalu membawa batu yang diambil dari sekitar Ka’bah,
mereka menyucikan batu dan menyembahnya di manapun mereka berada. Lama kelamaan,
kemudian berkembang dengan dibuatkan patung yang terbuat dari batu untuk
disembah dan orang-orang selalu mengelilinginya [thawaf]. Mereka
memindahkan dan menempatkan patung-patung tersebut di sekitar Ka’bah yang
jumlahnya mencapai 360 buah. Selain itu, ada juga patung-patung yang tetap
berada di luar Mekah, dan beberapa patung yang terkenal, yaitu Manah atau
Manata di dekat Yatsrib atau Madinah, Al-Latta di Taif (menurut catatan sejarah
ini adalah patung yang tertua), Al-Uzza di Hijaz, dan Hubal atau patung
terbesar yang terbuat dari batu akik yang berbentuk manusia dan diletakkan di
dalam Ka’bah. Mereka percaya bahwa menyembah berhala-berhala tersebut bukan
berarti menyembah wujudnya, tetapi hal tersebut dimaksudkan sebagai perantara
untuk menyembah Tuhan. Bahkan kebiasaan buruk mereka yang sangat kejam adalah
membunuh anak perempuan mereka, hal ini menjadi kebanggaan bagi mereka dan jika
anak perempuan itu masih hidup ini menjadi hinaan untuk bapaaknya. Bahkan
mereka juga melembagakan perbudakan dan juga jinah dan judi.
Dalam kehidupan
keagamaan bangsa Arab pra-Islam, ajaran agama Nabi Ibrahim masih berbekas dan
masih berpengaruh di kalangan mereka. Tetapi sebagian di kalangan bangsa Arab
masih ada yang tidak menyukai menyembah berhala dan perilaku-perilaku di atas.
Mereka adalah Waraqah bin Naufal dan
Usman bin Huwairi, yang
menganut agama Kristen, Abdullah ibnu Jahsy yang ragu-ragu ketika Islam datang
ia menganutnya tetapi kemudian ia menganut agama Masehi. Zaid bin Umar, tidak
tertarik kepada agama Masehi, tetapi ia juga enggan menyembah berhala sehingga
ia mendirikan agama sendiri dengan menjauhi berhala dan tidak mau memakan
bangkai dan darah, sikap ini juga dilakukan oleh Umayah bin Abias-Salt dan Quss
bin As’idah al-Iyadi, juga mempunyai sikap yang sama.
2.
Sistem
Politik
Bangsa
Arab pra-Islam di sekitar Mekah, khususnya suku Quraisy mengembangkan “sistem
pemerintahan oligarki” yang membagi-bagi kekuasaan berdasarkan bidang
bidang tertentu. Ada kabilah tertentu yang bertugas menangani masalah
peribadatan, ada yang bertugas menangani bidang pertahanan, ada pula yang
bertugas dalam pengembangan perekonomian.
3.
Ekonomi
dan Kesenian
Bangsa
Arab termasuk suku bangsa yang senang dan gemar berdagang dan kesenian. Dalam
bidang ekonomi, bangsa Arab telah mencapai perkembangan yang pesat. Mekah bukan
saja merupakan pusat perdagangan lokal melainkan sudah menjadi jalur
perdagangan dunia yang penting pada saat itu, karena Leaknya menghubungkan
antara utara (Syam), selatan (Yaman), timur (Persia) dan barat (Mesir dan
Abessinia).
Keberhasilan
Mekah menjadi pusat perdagangan Internasional, hal ini dapat terwujud karena
kejelian Hasyim, tokoh penting suku Quraisy yang merupakan kakek buyut Muhammad saw,
dalam mengisi kekosongan peranan suku bangsa lain di dalam bidang perdagangan
di Mekah sekitar abad keenam masehi.
4.
Seni
Budaya
Pada
kehidupan bangsa Arab, sastra mempunyai arti penting dalam kehidupan mereka.
Bangsa Arab menuliskan peristiwa-peristiwa dalam syair yang diperlombakan
setiap tahun di pasar seni. Bagi yang memiliki syair yang bagus, ia
akan mendapat hadiah, dan mendapatkan kehormatan bagi suku dan kabilahnya serta
syairnya digantungkan di Ka’bah ayau yang leh dikenal dengan almu’allaq al-sab’ah. Menurut
catatan sejarah, bangsa Arab adalah bangsa yang kemampuannya menghafalnya sangat
tinggi, khususnya hafalan terhadap syair-syair.
5.
Ilmu
Bangsa Arab sebelum Islam
Lingkungan
bangsa Arab sebelum Islam adalah padang pasir yang tandus, Sesungguhnya
lingkungan seperti ini, membuat bangsa yang bermukim disitu, jauh dari ilmu
pengetahuan dan peradaban, karena diantara faktor yang terpenting dalam
penyebaran ilmu pengetahuan adalah kemudahan transportasi, dan banyaknya
dinamika serta komunikasi yang tetap dengan dunia luar. Demikianlah keadaan
bangsa Arab di zaman jahiliah, tiada bagi mereka satupun dalam ilmu
pengetahuan, bahkan tiada satupun kehidupan yang masuk akal tampak disana.
tetapi, yang berkembang di kalangan mereka ialah kebodohan, dan yang merata
bagi mereka adalah kebutaan dalam tulis baca.
Adapun
pengetahuan mereka yang umum dikenal adalah khurafat atau cerita bohong dan dongeng-dongeng. Tidak
mengherankan bahwa wahyu atau ayat yang pertama diturunkan itu adalah suatu
perintah yang jelas dan tegas kepada Nabi, agar beliau membaca, padahal beliau
tidak dapat membaca. Ayat itu juga berseru agar beliau belajar menulis dengan
kalam atau pena, padahal beliau berada dalam lingkungan yang belum pernah
belajar atau mengajar. Islam adalah agama ilmu dan kesejahteraan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan
permasalahan dan hasilan penulisan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Sesungguhnya
kata “Jahiliyyah” sendiri adalah mashdar shina’iy yang berarti penyandaran
sesuatu kepada kebodohan. Kebodohan menurut Manna’ Khalil al-Qaththan ada 3
makna, yaitu : Tidak adanya ilmu pengetahuan dan ini adalah makna asal,
meyakini sesuatu secara salah, dan mengerjakan sesuatu dengan menyalahi aturan
atau tidak mengerjakan yang seharusnya ia kerjakan.
2.
Secara
garis besar kehidupan sosial masyarakat Arab secara Keseluruhan dan Masyarakat
Kota Mekah secara Khusus benar-benar berada dalam kehidupaan sosial yang tidak
benar atau Jahiliyah. Aklak mereka sangat rendah, tidak memiliki sifat-sifat
prikemanusiaan. Dalam situasi inilah agama islam lahir di kota mekah dengan
diutusnya Muhammad SAW, sebagai nabi dan Rasul Allah SWT.
B.
SARAN
Saran yang dapat disampaikan dalam penulisan
ini adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan
kepada Mahasiswa/I agar mau banyak mmembaca
buku-buku sejarah sebagai sumber belajar pembelajaran nantinya.
2. Diharapkan
dengan ditulisnya makalah ini bisa menambah pengetahuan Mahasiswa/i tentang
kehidupan Masyarakat Arab Pra-Islam.
3. Semoga
dengan di tulisnya makalah ini bisa menjadi patokan bagi Mahasiswa/i untuk bias
menambah wawasannya dalam Belajar pembeajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Hafiz Anhari, Badri
Yatim, Sejarah Peradapan Islam, (
Jakarta: Rajawali Pers, 2010).
Muhammad Sa’id
Ramadhan Al-buthy, Sirah Naawiyah, (
Jakarta: Robbani Pres, 1999).
Amin, Islam Dari Masa Ke Masa,( Bandung: CV Rusyda, 1987).
http://id.wikipedia.org/wiki/Jahiliyah
di akses pada 13 september 2013.
http://hikmah-kata.blogspot.com/2012/08/kondisi-sosial-masyarakat-arab-pra.html di akses pada 13
september 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar