BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jepang
merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri atas kurang lebih 4000 pulau
kecil maupun besar dengan luas wilayah 370.000 km2. Negara yang terbentang dari
selatan yakni Okinawa yang berbatasan dengan Taiwan sampai dengan utara
berbatasan dengan kepulauan Rusia, sebelah barat berbatasan dengan laut cina
dan sebelah timur berbatasan dengan lautan pasifik. Jepang terdiri dari empat
musim sehingga keadaan temperature jepang yang berubah-ubah menjadikan
kebutuhan akan pakaian dan makanan masyarakatnya juga berbeda pada setiap
pergantian musim tersebut. Keadaan geografis jepang inilah yang mempengaruhi
bagaimana sejarah kebudayaan Jepang.
Sebagai
penerus bangsa dan sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah, kita wajib
mengetahui sejarah bangsa yang lebih kurang tiga setengah tahun pernah
menanamkan kekuasaannya di Indonesia ini, inilah yang melatar belakangi kami
untuk menyusun makalah ini agar dapat membantu dan memudahkan para pembaca
untuk mengetahui keadaan geografis Jepang dan sejarah kebudayaan Jepang.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah
keadaan geografis Jepang dan keadaan penduduk Jepang ?
2.
Bagaimanakah
sejarah kebudayaan Jepang ?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
bagaimana keadaan geografis dan keadaan penduduk Jepang !
2.
Untuk mengetahui
bagaimana kebudayaan Jepang !
D.
Ruang Lingkup
Ruang
lingkup penyusunan makalah ini difokuskan kepada hal-hal yang berkaitan dengan
keadaan geografis Jepang, Sejarah Kebudayaan Jepang, dan Sejarah Jepang.
E.
Metode Pengumpulan Data
Data penyusunan makalah ini diperoleh dengan studi
kepustakaan, yaitu suatu metode dengan membaca secara telaah tentang keadaan
geografis jepang terhadap sejarah Jepang.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Geografis dan Penduduk Jepang
Jepang
adalah sebuah negara kepulauan yang menyerupai bentuk garis melengkung yang
terbentang dari timur laut ke barat di lautan bagian timur benua Asia. Luas
wilayahnya kurang lebih 370.000 Km2, kurang lebih 1/27 luas daratan Cina atau
1/5 luas Indonesia.
Sampai
dengan Agustus 1945, Jepang menduduki sebagian besar pulau-pulau yang
membentang di sepanjang pantai timur Asia, dari Kamchatka sampai ke ujung
selatan Semenanjung Malaya dengan empat buah pulaunya yang besar. Keempat pulau
besar tersebut adalah : Hokkaido, yang penduduknya sebagian besar adalah suku
bangsa Ainu yang masih primitif; Honshu, merupakan pulau utama dimana terletak
enam kota besar di Jepang dan menjadi pusat pemerintahan; Shikoku, dan Kyushu,
merupakan pintu gerbang bagi masuknya pengaruh dari bangsa-bangsa Asia lainnya
dan bangsa-bangsa Eropa yang pada abad XVI telah masuk ke Jepang.
Sampai
dengan 1945 M Jepang masih menduduki Sakhalin dan Farmosa. Di samping
pulau-pulau itu, Jepang juga menguasai Semenanjung Chosen ( Korea ) dan
provinsi-provinsi Cina di sebelah timur dan timur laut; pulau-pulau di Samudra
Pasifik yang semula milik Jerman menjelang Perang Dunia I.
. Hal ini
mempunyai pengaruh yang besar terhadap persatuan dan kesatuan bangsa Jepang
dikemudian hari, selain juga karena Jepang terpisah oleh lautan dari
bangsa-bangsa lain. Bentang lahan yang sebagian besar berupa gunung, dan
pegunungan yang tidak subur membuat penduduk Jepang mempunyai kesadaran
kebangsaan yang tinggi. Semangat patriotik mereka tidak dapat diragukan lagi.
Negara
Jepang merupakan negara kepulauan seperti Inggris, sekaligus juga merupakan
negara pegunungan seperti Italia. Banyaknya gunung-gunung mengakibatkan
minimnya lahan pertanian, hingga hanya kurang lebih 20% yang bisa diusahakan
untuk pertanian ( Reischauer, 1953). Dengan adanya gunung-gunung itu
seolah-olah mendesak Jepang ke arah laut. Jika dibandingkan dengan laut-laut
negara lain, laut Jepang kaya akan ikan, sehingga laut Jepang merupakan sumber
penghasilan yang besar bagi rakyat Jepang. Maka tidak mengherankan bahwa cukup
banyak orang Jepang yang berprofesi sebagai nelayan, atau penangkap ikan yang
pandai. Bangsa Jepang yang tinggal di pulau-pulau itu memberanikan diri menjadi
bangsa yang suka mengarungi lautan.
Sungai-sungai
di Jepang sukar dilayari, karena pada umumnya penuh dengan batuan padas. Pada
masa kuno hanya sedikit sekali jumlah Sungai yang dapat dipergunakan untuk
pelayaran, maka tidak mengherankan jika hubungan antar pulau sangat sulit pada
masa itu. Karena itu maka sering Nampak kecenderungan bangsa Jepang untuk
membina kehidupan secara berkelompok. Masing-masing kelompok memiliki
kecenderungan untuk melepaskan diri dari pemerintah pusat, sedangkan bentuk
pemerintahan pusat sendiri kemudian berkembang menjadi pemerintahan feudal.
Berdasarkan letak geografisnya, Jepang
memiliki iklim Sub-Tropis. Keadaan alam sekitar sangat indah. Bukit-bukit yang
berhutan-hutan, gunung dan lembah, danau dan laut yang membangkitkan rasa seni
dari rakyat Jepang, hingga tanah Jepang merupakan salah satu tempat yang
terindah di dunia.
Berdasarkan
data arkeologis dan Etnologis, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa penduduk
Jepang masa silam adalah suatu bangsa yang disebut “Cave Man”(bangsa penghuni goa), yang tingkat kebudayaannya masih
sangat primitive. Menurut sejarah, bangsa yang masih primitive tersebut
diperkirakan merupakan nenek moyang dari suku bangsa Ainu ( yang merupakan
penduduk asli bangsa Jepang ) yang sisa-sisanya masih terdapat di pulau
Hokkaido dan Kepulauan Kurile. Tentang asal usul ini tidak ada ketentuan yang
pasti, kemungkinan besar mereka datang dari Asia Utara. Bangsa Jepang yang
sekarang adalah suatu bangsa campuran dari bangsa Manchu, Cina, Melayu, dan
Mongol. Menurut teori umum mereka masuk ke Jepang dari arah selatan yakni
melalui Formosa dan Ryukyu. Sedangkan menurut data arkeologi mereka datang ke
Jepang lewat Korea ( Reischauer, 1953). Selain itu menurut data arkeologi,
negara Jepang berdiri kurang lebih pada 660 SM, dengan kota Yamato sebagai
pusat pemerintahannya.
B.
Sejarah Kebudayaan Jepang
Kebudayaan
yang tertua di Jepang berpusat di kota Yamato. Pada masa ini tingkat kebudayaan
Jepang masih sederhana. Kota-kota lain belum muncul, rumah-rumah dibangun
secara komunal. Sesuai dengan keadaan alamnya, kota Yamato sudah pandai
berlayar menggunakan perahu-perahu kecil, sehingga kemungkinan mereka telah
mengenal perdagangan. Alat tukar ( Uang ) belum mereka kenal, sehingga
perdagangan dilakukan dengan sistem barter. Adapun barang-barang yang
diperdagangkan ialah hasil-hasil pertanian, alat-alat rumah tangga dari tanah
liat dan alat-alat perang yang masih sangat sederhana. Alat-alat perang
diperdagangkan, karena negara selalu diliputi oleh suasana perang saudara.
Masyarakat juga telah mengenal pakaian dari serat rami dan kulit kayu. Bahan
makanan pokok mereka bukanlah nasi, melainkan ikan.
Sistem
keagamaan Jepang pada saat itu masih sangat sederhana sekali, orang belum
mengenal tempat suci secara khusus. Memang pada masa itu orang belum memikirkan
tentang misteri kehidupan. Alam dan isinya ialah milik dewa. Rakyat Jepang
masih percaya bahwa manusia itu dikelilingi oleh roh-roh yang tinggal di
gunung-gunung, pohon-pohon, dan batu-batuan. Jelaslah di sini bahwa masyarakat
masih percaya memuja leluhur dan dewa, bahkan kadang-kadang percaya pada
kekuatan gaib yang ada pada benda-benda tertentu. Pada mulanya memang tidak ada
nama tertentu untuk menyebut agama mereka, akan tetapi setelah datang
agama-agama lain dari luar maka kesadaran mereka mulai kuat, dan kemudian
lahirlah agama Shinto yang merupakan agama asli Jepang.
1.
Pengaruh Luar
Kebudayaan dari luar yang banyak berpengaruh di
negara Jepang adalah kebudayaan Cina ( sebagai negara tetangga terdekat yang
peradabannya pada kala itu lebih maju daripada Jepang ), dan India walaupun
hanya terbatas pada masalah agama saja, yakni agama Buddha. Berbagai cabang
kebudayaan dapat dilihat di bawah ini :
a. Kesusasteraan
Pengaruh
dalam bidang ini dirasakan sangat besar, karena pada dasarnya masyarakat Jepang
mengagumi kebudayaan Cina pada masa itu. Dalam bidang kesusasteraan tampak pada
dua hal yakni bentuk-bentuk tulisan dan filsafat Cina.
b. Kesenian
Di
bidang kesenian yang tampak menonjol ialah seni bangunan. Hal ini sebenarnya
terjadi akibat pengaruh agama Buddha yang telah begitu kuat di Jepang.
Kuil-kuil agama Buddha banyak didirikan dengan model seperti yang ada pada
daratan Asia. Seni lukis tampak misalnya pada gambar-gambar sang Buddha Gautama
atau lukisan-lukisan yang menggambarkan kepercayaan bangsa Jepang. Begitu juga
seni patung tampak di berbagai daerah, seperti patung-patung Buddha dan
sebagainya. Dalam kerajinan tangan, seperti membuat/menenun kain halus juga
masih kelihatan jelas pola-pola Cina dan Korea.
c. Keagamaan
Dalam
bidang agama, orang Jepang sangat taat kepada agama mereka. Pada umumnya rakyat
Jepang bebas memilih kepercayaan mereka baik yang asli maupun yang dating dari
luar negeri. Kepercayaan mereka asli masih sangat sederhana. Pengaruh dari luar
( Asia ) membawa banyak perubahan bagi agama asli Jepang, yaitu diantaranya
adalah agama Buddha masuk ke Jepang pada abad VII M ( tepatnya pada 552 M ).
Agama asli Jepang adalah Shinto, yang dalam bahasa Cina berarti “The Way of the God”(jalan para dewa).
Pemujaan dalam agama Shinto berpusat kepada Dewa Matahari dan kaisar yang di
anggap sebagai wakilnya di bumi ( dengan Tenno sebagai lambing kekaisaran) (
Dasuki 1, tanpa tahun).
Agama
Buddha dapat berkembang dengan pesat berkat adanya perlindungan dari para
kaisar, bangsawan, serta para pemimpin Feodal, bahkan pada masa pemerintahan
Shotoku, agama Buddha berkembang dan menyebar dengan pesat. Bersamaan dengan
maju pesatnya agama Buddha, maka kebudayaan Jepang mulai banyak dipengaruhi
oleh kebudayaan Buddha. Kuil-kuil besar dari Pagoda dengan model Cina mulai
dibangun di Jepang.
Menjelang
runtuhnya kekuasaan Tokugawa pada akhir abad XIX M, agama Buddha mulai
kehilangan kepercayaan dari bangsa Jepang, khususnya dari golongan mudanya.
Golongan terpelajar umumnya cenderung menerima Konfusianisme yang berasal dari
daratan Cina. Konfusianisme telah menjadi faktor yang menentukan di dalam
kehidupan dan cara berpikir bangsa Jepang. Konfusianisme memberikan pengaruh
sampai zaman modern ini, misalnya kepatuhan anak terhadap orang tua, isteri
terhadap suami, ketaatan hamba kepada tuannya. Budi pekerti yang berpangkal
pada Konfusianisme masih tetap diajarkan disekolah-sekolah dewasa ini. Seperti
telah kita ketahui, Konfusianisme adalah ajaran tentang kesusilaan/moral.
Mulai
abad XVI M, masuklah agama baru ke Jepang yakni agama Kristen yang dibawa oleh
para misionaris Kristen. Tokoh yang ambil bagian penting dalam hal ini adalah
Franciscus Xaverius, yang memasuki Jepang pada 1549 dan berhasil mendarat di
Kagoshima ( Samson, G.B., 1970).
Perlulah
kiranya ditambahkan di sini adanya kesetiaan yang telah merupakan tradisi bagi
bangsa Jepang. Semangat kesetiaan yang telah lama menjiwai golongan militer,
dan samurai Jepang ini dikenal dengan nama “Bushido”, yang berarti ajaran
kepahlawanan atau kode etik kehidupan kaum militer. Seorang samurai harus rela
mengorabankan hidupnya, kebenarannya, bahkan keluarganya jika perlu, demi
pengabdian kepada bangsa dan negara, maupun tuannya.
2.
Sikap Jepang terhadap Kebudayaan Asing
Mengenai sikap Jepang terhadap kebudayaan Asing,
kiranya perlu dicatat juga bahwa Jepang tidak semata-mata menjiplak kebudayaan asing.
Karena takut dicap sebagai “Orang Biadab”, maka setiap kali ada pengaruh asing
yang mereka terima, lalu diubah, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
bangsa Jepang. Hal ini sesuai dengan semboyan bangsa Jepang yang berpegang pada
prinsip “adapt, adopt, invent” yang
berarti meniru, menyesuaikan dan mencipta ( Latourette, 1957).
Sepanjang waktu mereka terus merubah apa
yang mereka terima dari luar dan berusaha memperkaya kebudayaan mereka. Hal ini
dijalankan sampai zaman sekarang. Bangsa Jepang selalu berusaha sedapat mungkin
untuk menyamai kemajuan budaya negara-negara yang telah maju.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jepang merupakan sebuah negara kepulauan yang
terdiri atas kurang lebih 4000 pulau kecil maupun besar dengan luas wilayah 370.000
km2. Negara yang terbentang dari selatan yakni Okinawa yang berbatasan dengan
Taiwan sampai dengan utara berbatasan dengan kepulauan Rusia, sebelah barat
berbatasan dengan laut cina dan sebelah timur berbatasan dengan lautan pasifik.
Jepang terbagi atas empat musim, sehingga
temperaturnya tidak tetap. Empat musim tersebut ialah musim panas, musim gugur,
musim dingin, musim semi. Keadaan geografis Jepang mempengaruhi kebudayaan
Jepang yang dimana kebudayaan tertua Jepang terletak di Yamato. Selain budaya
asli Jepang, Jepang juga mengadopsi kebudyaan dari luar yang dimana
kesusteraan, kesenian, keagamaan.
Daftar
Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar