Senin, 15 September 2014

MAKALAH SEJARAH ASIA TIMUR LAMA KEADAAN GEOGRAFIS JEPANG TERHADAP SEJARAH JEPANG

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Jepang merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri atas kurang lebih 4000 pulau kecil maupun besar dengan luas wilayah 370.000 km2. Negara yang terbentang dari selatan yakni Okinawa yang berbatasan dengan Taiwan sampai dengan utara berbatasan dengan kepulauan Rusia, sebelah barat berbatasan dengan laut cina dan sebelah timur berbatasan dengan lautan pasifik. Jepang terdiri dari empat musim sehingga keadaan temperature jepang yang berubah-ubah menjadikan kebutuhan akan pakaian dan makanan masyarakatnya juga berbeda pada setiap pergantian musim tersebut. Keadaan geografis jepang inilah yang mempengaruhi bagaimana sejarah kebudayaan Jepang.
Sebagai penerus bangsa dan sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah, kita wajib mengetahui sejarah bangsa yang lebih kurang tiga setengah tahun pernah menanamkan kekuasaannya di Indonesia ini, inilah yang melatar belakangi kami untuk menyusun makalah ini agar dapat membantu dan memudahkan para pembaca untuk mengetahui keadaan geografis Jepang dan sejarah kebudayaan Jepang.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah keadaan geografis Jepang dan keadaan penduduk Jepang ?
2.      Bagaimanakah sejarah kebudayaan Jepang ?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui bagaimana keadaan geografis dan keadaan penduduk Jepang !
2.      Untuk mengetahui bagaimana kebudayaan Jepang !
D.    Ruang Lingkup
      Ruang lingkup penyusunan makalah ini difokuskan kepada hal-hal yang berkaitan dengan keadaan geografis Jepang, Sejarah Kebudayaan Jepang, dan Sejarah Jepang.

E.     Metode Pengumpulan Data
Data penyusunan makalah ini diperoleh dengan studi kepustakaan, yaitu suatu metode dengan membaca secara telaah tentang keadaan geografis jepang terhadap sejarah Jepang.
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Geografis dan Penduduk Jepang
      Jepang adalah sebuah negara kepulauan yang menyerupai bentuk garis melengkung yang terbentang dari timur laut ke barat di lautan bagian timur benua Asia. Luas wilayahnya kurang lebih 370.000 Km2, kurang lebih 1/27 luas daratan Cina atau 1/5 luas Indonesia.
      Sampai dengan Agustus 1945, Jepang menduduki sebagian besar pulau-pulau yang membentang di sepanjang pantai timur Asia, dari Kamchatka sampai ke ujung selatan Semenanjung Malaya dengan empat buah pulaunya yang besar. Keempat pulau besar tersebut adalah : Hokkaido, yang penduduknya sebagian besar adalah suku bangsa Ainu yang masih primitif; Honshu, merupakan pulau utama dimana terletak enam kota besar di Jepang dan menjadi pusat pemerintahan; Shikoku, dan Kyushu, merupakan pintu gerbang bagi masuknya pengaruh dari bangsa-bangsa Asia lainnya dan bangsa-bangsa Eropa yang pada abad XVI telah masuk ke Jepang.
      Sampai dengan 1945 M Jepang masih menduduki Sakhalin dan Farmosa. Di samping pulau-pulau itu, Jepang juga menguasai Semenanjung Chosen ( Korea ) dan provinsi-provinsi Cina di sebelah timur dan timur laut; pulau-pulau di Samudra Pasifik yang semula milik Jerman menjelang Perang Dunia I.
      . Hal ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap persatuan dan kesatuan bangsa Jepang dikemudian hari, selain juga karena Jepang terpisah oleh lautan dari bangsa-bangsa lain. Bentang lahan yang sebagian besar berupa gunung, dan pegunungan yang tidak subur membuat penduduk Jepang mempunyai kesadaran kebangsaan yang tinggi. Semangat patriotik mereka tidak dapat diragukan lagi.
      Negara Jepang merupakan negara kepulauan seperti Inggris, sekaligus juga merupakan negara pegunungan seperti Italia. Banyaknya gunung-gunung mengakibatkan minimnya lahan pertanian, hingga hanya kurang lebih 20% yang bisa diusahakan untuk pertanian ( Reischauer, 1953). Dengan adanya gunung-gunung itu seolah-olah mendesak Jepang ke arah laut. Jika dibandingkan dengan laut-laut negara lain, laut Jepang kaya akan ikan, sehingga laut Jepang merupakan sumber penghasilan yang besar bagi rakyat Jepang. Maka tidak mengherankan bahwa cukup banyak orang Jepang yang berprofesi sebagai nelayan, atau penangkap ikan yang pandai. Bangsa Jepang yang tinggal di pulau-pulau itu memberanikan diri menjadi bangsa yang suka mengarungi lautan.
      Sungai-sungai di Jepang sukar dilayari, karena pada umumnya penuh dengan batuan padas. Pada masa kuno hanya sedikit sekali jumlah Sungai yang dapat dipergunakan untuk pelayaran, maka tidak mengherankan jika hubungan antar pulau sangat sulit pada masa itu. Karena itu maka sering Nampak kecenderungan bangsa Jepang untuk membina kehidupan secara berkelompok. Masing-masing kelompok memiliki kecenderungan untuk melepaskan diri dari pemerintah pusat, sedangkan bentuk pemerintahan pusat sendiri kemudian berkembang menjadi pemerintahan feudal.
       Berdasarkan letak geografisnya, Jepang memiliki iklim Sub-Tropis. Keadaan alam sekitar sangat indah. Bukit-bukit yang berhutan-hutan, gunung dan lembah, danau dan laut yang membangkitkan rasa seni dari rakyat Jepang, hingga tanah Jepang merupakan salah satu tempat yang terindah di dunia.
      Berdasarkan data arkeologis dan Etnologis, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa penduduk Jepang masa silam adalah suatu bangsa yang disebut “Cave Man”(bangsa penghuni goa), yang tingkat kebudayaannya masih sangat primitive. Menurut sejarah, bangsa yang masih primitive tersebut diperkirakan merupakan nenek moyang dari suku bangsa Ainu ( yang merupakan penduduk asli bangsa Jepang ) yang sisa-sisanya masih terdapat di pulau Hokkaido dan Kepulauan Kurile. Tentang asal usul ini tidak ada ketentuan yang pasti, kemungkinan besar mereka datang dari Asia Utara. Bangsa Jepang yang sekarang adalah suatu bangsa campuran dari bangsa Manchu, Cina, Melayu, dan Mongol. Menurut teori umum mereka masuk ke Jepang dari arah selatan yakni melalui Formosa dan Ryukyu. Sedangkan menurut data arkeologi mereka datang ke Jepang lewat Korea ( Reischauer, 1953). Selain itu menurut data arkeologi, negara Jepang berdiri kurang lebih pada 660 SM, dengan kota Yamato sebagai pusat pemerintahannya.
B.     Sejarah Kebudayaan Jepang
      Kebudayaan yang tertua di Jepang berpusat di kota Yamato. Pada masa ini tingkat kebudayaan Jepang masih sederhana. Kota-kota lain belum muncul, rumah-rumah dibangun secara komunal. Sesuai dengan keadaan alamnya, kota Yamato sudah pandai berlayar menggunakan perahu-perahu kecil, sehingga kemungkinan mereka telah mengenal perdagangan. Alat tukar ( Uang ) belum mereka kenal, sehingga perdagangan dilakukan dengan sistem barter. Adapun barang-barang yang diperdagangkan ialah hasil-hasil pertanian, alat-alat rumah tangga dari tanah liat dan alat-alat perang yang masih sangat sederhana. Alat-alat perang diperdagangkan, karena negara selalu diliputi oleh suasana perang saudara. Masyarakat juga telah mengenal pakaian dari serat rami dan kulit kayu. Bahan makanan pokok mereka bukanlah nasi, melainkan ikan.
      Sistem keagamaan Jepang pada saat itu masih sangat sederhana sekali, orang belum mengenal tempat suci secara khusus. Memang pada masa itu orang belum memikirkan tentang misteri kehidupan. Alam dan isinya ialah milik dewa. Rakyat Jepang masih percaya bahwa manusia itu dikelilingi oleh roh-roh yang tinggal di gunung-gunung, pohon-pohon, dan batu-batuan. Jelaslah di sini bahwa masyarakat masih percaya memuja leluhur dan dewa, bahkan kadang-kadang percaya pada kekuatan gaib yang ada pada benda-benda tertentu. Pada mulanya memang tidak ada nama tertentu untuk menyebut agama mereka, akan tetapi setelah datang agama-agama lain dari luar maka kesadaran mereka mulai kuat, dan kemudian lahirlah agama Shinto yang merupakan agama asli Jepang.
1.      Pengaruh Luar
     Kebudayaan dari luar yang banyak berpengaruh di negara Jepang adalah kebudayaan Cina ( sebagai negara tetangga terdekat yang peradabannya pada kala itu lebih maju daripada Jepang ), dan India walaupun hanya terbatas pada masalah agama saja, yakni agama Buddha. Berbagai cabang kebudayaan dapat dilihat di bawah ini :
a.       Kesusasteraan
           Pengaruh dalam bidang ini dirasakan sangat besar, karena pada dasarnya masyarakat Jepang mengagumi kebudayaan Cina pada masa itu. Dalam bidang kesusasteraan tampak pada dua hal yakni bentuk-bentuk tulisan dan filsafat Cina.
b.      Kesenian
           Di bidang kesenian yang tampak menonjol ialah seni bangunan. Hal ini sebenarnya terjadi akibat pengaruh agama Buddha yang telah begitu kuat di Jepang. Kuil-kuil agama Buddha banyak didirikan dengan model seperti yang ada pada daratan Asia. Seni lukis tampak misalnya pada gambar-gambar sang Buddha Gautama atau lukisan-lukisan yang menggambarkan kepercayaan bangsa Jepang. Begitu juga seni patung tampak di berbagai daerah, seperti patung-patung Buddha dan sebagainya. Dalam kerajinan tangan, seperti membuat/menenun kain halus juga masih kelihatan jelas pola-pola Cina dan Korea.
c.       Keagamaan
           Dalam bidang agama, orang Jepang sangat taat kepada agama mereka. Pada umumnya rakyat Jepang bebas memilih kepercayaan mereka baik yang asli maupun yang dating dari luar negeri. Kepercayaan mereka asli masih sangat sederhana. Pengaruh dari luar ( Asia ) membawa banyak perubahan bagi agama asli Jepang, yaitu diantaranya adalah agama Buddha masuk ke Jepang pada abad VII M ( tepatnya pada 552 M ). Agama asli Jepang adalah Shinto, yang dalam bahasa Cina berarti “The Way of the God”(jalan para dewa). Pemujaan dalam agama Shinto berpusat kepada Dewa Matahari dan kaisar yang di anggap sebagai wakilnya di bumi ( dengan Tenno sebagai lambing kekaisaran) ( Dasuki 1, tanpa tahun).
           Agama Buddha dapat berkembang dengan pesat berkat adanya perlindungan dari para kaisar, bangsawan, serta para pemimpin Feodal, bahkan pada masa pemerintahan Shotoku, agama Buddha berkembang dan menyebar dengan pesat. Bersamaan dengan maju pesatnya agama Buddha, maka kebudayaan Jepang mulai banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Buddha. Kuil-kuil besar dari Pagoda dengan model Cina mulai dibangun di Jepang.
           Menjelang runtuhnya kekuasaan Tokugawa pada akhir abad XIX M, agama Buddha mulai kehilangan kepercayaan dari bangsa Jepang, khususnya dari golongan mudanya. Golongan terpelajar umumnya cenderung menerima Konfusianisme yang berasal dari daratan Cina. Konfusianisme telah menjadi faktor yang menentukan di dalam kehidupan dan cara berpikir bangsa Jepang. Konfusianisme memberikan pengaruh sampai zaman modern ini, misalnya kepatuhan anak terhadap orang tua, isteri terhadap suami, ketaatan hamba kepada tuannya. Budi pekerti yang berpangkal pada Konfusianisme masih tetap diajarkan disekolah-sekolah dewasa ini. Seperti telah kita ketahui, Konfusianisme adalah ajaran tentang kesusilaan/moral.
           Mulai abad XVI M, masuklah agama baru ke Jepang yakni agama Kristen yang dibawa oleh para misionaris Kristen. Tokoh yang ambil bagian penting dalam hal ini adalah Franciscus Xaverius, yang memasuki Jepang pada 1549 dan berhasil mendarat di Kagoshima ( Samson, G.B., 1970).
           Perlulah kiranya ditambahkan di sini adanya kesetiaan yang telah merupakan tradisi bagi bangsa Jepang. Semangat kesetiaan yang telah lama menjiwai golongan militer, dan samurai Jepang ini dikenal dengan nama “Bushido”, yang berarti ajaran kepahlawanan atau kode etik kehidupan kaum militer. Seorang samurai harus rela mengorabankan hidupnya, kebenarannya, bahkan keluarganya jika perlu, demi pengabdian kepada bangsa dan negara, maupun tuannya.

2.      Sikap Jepang terhadap Kebudayaan Asing
     Mengenai sikap Jepang terhadap kebudayaan Asing, kiranya perlu dicatat juga bahwa Jepang tidak semata-mata menjiplak kebudayaan asing. Karena takut dicap sebagai “Orang Biadab”, maka setiap kali ada pengaruh asing yang mereka terima, lalu diubah, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan bangsa Jepang. Hal ini sesuai dengan semboyan bangsa Jepang yang berpegang pada prinsip “adapt, adopt, invent” yang berarti meniru, menyesuaikan dan mencipta ( Latourette, 1957).
     Sepanjang waktu mereka terus merubah apa yang mereka terima dari luar dan berusaha memperkaya kebudayaan mereka. Hal ini dijalankan sampai zaman sekarang. Bangsa Jepang selalu berusaha sedapat mungkin untuk menyamai kemajuan budaya negara-negara yang telah maju.











BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Jepang merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri atas kurang lebih 4000 pulau kecil maupun besar dengan luas wilayah 370.000 km2. Negara yang terbentang dari selatan yakni Okinawa yang berbatasan dengan Taiwan sampai dengan utara berbatasan dengan kepulauan Rusia, sebelah barat berbatasan dengan laut cina dan sebelah timur berbatasan dengan lautan pasifik.

Jepang terbagi atas empat musim, sehingga temperaturnya tidak tetap. Empat musim tersebut ialah musim panas, musim gugur, musim dingin, musim semi. Keadaan geografis Jepang mempengaruhi kebudayaan Jepang yang dimana kebudayaan tertua Jepang terletak di Yamato. Selain budaya asli Jepang, Jepang juga mengadopsi kebudyaan dari luar yang dimana kesusteraan, kesenian, keagamaan.










Daftar Pustaka


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar