Legenda
Batu Betarub
Pada suatu desa hiduplah sebuah keluarga
miskin yang hanya terdiri dari seorang ibu dengan seorang anak. Anaknya sudah
lumayan besar sekitar umur 7 tahun. Keluarga ini adalah keluarga yang paling
miskin di desa itu. Orang selalu tidak menganggap keberadaan mereka dan
mengucilkan mereka. Ibunya hanya bekerja sebagai pencari kayu bakar untuk
menghidupi keluarganya.
Suatu hari orang yang paling kaya di
kampung itumengadakan selamatan yang kita tahu kalau orang kaya mengadakan
selamatan, pasti seluruh warga kampung diundang. Setelah mendengar cerita itu,
si anak merasa ingin sekali pergi ke acara selamatan itu karena seumur hidupnya
dia tidak pernah pergi ke acara yang seperti itu.
”Aku tidak pernah pergi ke acara yang
seperti itu” kata anak itu.
Lalu anak itu bertanya kepada ibunya
”Mak, apakah kita diundang oleh orang di acara itu?”
Lalu jawab ibunya ”Tak tahu ya, coba
kamu bertanya ke orang di situ.
Lalu jawab si anak lagi ”Mana ada mak
orang yang mau memberitahu kita. Aku kan bau”
”Oh, kalau begitu biar mak saja yang
bertanya” kata ibunya.
Pergilah ibunya itu. Kemudian
bertanyalah ibunya ke tetangga itu ”Eh, apakah aku diundang di acara itu?”
”Tak tahu ya. Sepertinya tidak ada. Aku
Cuma mengundang orang yang namanya di sini” kata tetangga tadi itu.
Rasa kesal ibunya menyeruak. Kemudian
sadarlah dia bahwa mungkin dia adalah orang paling miskin di kampungnya.
Kemudian diberitahukannya kepada si anak bahwa keluarganya tidak diundang oleh
orang yang mengadakan acara itu. Akan tetapi si anak ingin sekali seperti orang
lain yang dapat makan enak. Kemudian dia nekad bahwa dia harus pergi ke acara
itu. ”Mak...!” kata anak itu. ”Aku harus pergi ke acara itu apapun yang
terjadi” kata anak itu lagi.
Tibalah hari acara tersebut. Orang yang
kaya tadi membuat tarub untuk acaranya tersebut. Tarub itu adalah tempat orang
terhormat berkumpul seperti kiai, kepala kampung, dan sebagainya. Pakoknya
orang kaya dan terhormat yang datang pada sebuah acara yang memang sengaja
dibuat oleh orang. Begitu acara dimulai, berdatangan orang sekampung. Melihat
orang sekampung pergi ke acara itu, si anak pun ikut pergi juga. Berdandanlah
si anak. Ketika sampai di tarub, si anak ditahan oleh si penjaga tarub.
Tarub
”Ada apa kamu ke sini? Kamu itu tidak
diundang” kata penjaga tarub tadi. Kemudian penjaga tarub mendorong tubuh anak
tersebut hingga jatuh. Merasa diperlakukan seperti itu, pulanglah si anak ke
rumahnya. Setibanya di rumah, dia pun langsung memberitahu kepada ibunya apa
yang di alaminya di acara tadi. Kemudian ibunya menyuruh dia untuk pergi
kembali, pergilah si anak untuk yang kedua kalinya. Akan tetapi, anak tersebut
tetap saja diusir oleh penjaga tarub tersebut. Penjaga tarub tersebut mendorong
anak tersebut lagi. Kemudian si anak kembali ke rumah dan memberitahukan
kejadian tersebut kepada ibunya. Sesampainya di rumah, ibu kembali menyuruh
anaknya untuk mandi sampai bersih ”Coba kamu pergi lagi dan sebelum kamu pergi
kamu harus mandi sampai bersih. Mungkin saja badanmu masih bau sehingga orang
tidak mau menerimamu hadir di acara tersebut”
Kemudian si anak tanpa berpikir panjang
menuruti perintah ibunya. Setelah mandi si anak langsung pergi ke acara
tersebut untuk ketiga kalinya. Akan tetapi, anak tersebut masih juga didorong
oleh si penjaga tarub tersebut. Dengan hati yang sedih si anak kembali lagi ke
rumahnya dan memberitahukan lagi apa yang dialaminya kepada si ibu. Mendengar
cerita anaknya, hati si ibu pun menjadi geram terhadap perlakuan si penjaga
tarub terhadap anaknya, maka timbullah niat jahat si ibu.
”Oh, kalau begitu caranya orang dengan
kami, kami juga bisa berbuat jahat dengan orang” kata si ibu.
”Kalau begitu, kamu dandani kucing kita
ini dengan memakaikan baju kepadanya sehingga menjadi kucing yang benar-benar
bagus. Kemudian kita bawa kucing tersebut ke acara orang kaya itu” kata si ibu.
Kemudian si anak dengan si ibu pergi ke
acara tersebut sambil membawa kucing yang sudah didandani tadi. Sampai di
tarub, kucing yang sudah didandan layaknya manusia, dipakaikan baju, dipolesi
bedak dan lipstik tebal-tebal dilemparkan oleh mereka di depan orang ramai.
Melihat kucing tersebut, orang yang ada di tarub tersebut tertawa
sekeras-kerasnya. Kucing itu pun berlari-lari kebingungan tidak terarah. Orang
mengira kalau kucing tersebut sedang menari dan semakin besar ketawa orang yang
ada di situ. Tidak lama kemudian, tiba-tiba petir pun menyambar dan menyambar
orang yang ada di tarub tersebut. Kemudian orang yang terkena sambaran petir
itu menjadi batu beserta tarubnya. Akan tetapi, si anak dengan si ibu tadi
bersembunyi di batang bambu.
Sampai sekarang, jika petir menyambar
gesekkan saja batang bambu agar tidak terkena smbaran petir itu. Begitulah
cerita mengapa disebut batu betarub yang sekarang batu tersebut terdapat di
kampung Daup, Kecamatan Galing, Kabupaten Sambas.
Pencerita : M. Alwi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar