Rabu, 10 Desember 2014

Revolusi Bolshevick ( Revolusi Oktober ) Di Rusia

RESUME
Revolusi Bolshevick ( Revolusi Oktober ) Di Rusia
Oleh : Agus Rasiwan
Masa Nicolai II
Nikolai II merupakan pewaris tahta terakhir dari Dinasti Romanov. Ia menggantikan ayahnya Aleksander III, saat itu ia berusia 26 tahun, namun dibebani dengan masalah dalam negeri maupun luar negeri. Sementara pergerakan revolusi semakin gencar dilakukan menentang sistem monarki Rusia berabad-abad lamanya yang menginginkan perubahan yang fundamentalis. Masalah luar negeri disibukan dengan perang melawan Jepang guna memperebutkan Korea dan China beserta Port-Arthur. Jatuhnya Nikolai karena kepemimpinan yang lemah dan pengaruh Permaisuri yang masih keturunan bangsawan Jerman. Nikolai II akhirnya mundur dari tahta kekaisaran Rusia pada tanggal 2 Maret 1917 sebagai akibat dari Revolusi Februari 1917, dan meninggal bersama keluarganya dalam pembantaian massal oleh kaum Bolshevik di tempat penahanannya di Yekateriburg tanggal 16 Juli 1918.
Revolusi Bolshevick
Revolusi Bolshevik atau yang dikenal juga dengan sebutan Revolusi 25 Oktober 1917 adalah Revolusi yang dilakukan oleh pihak komunis Rusia dibawah pimpinan Vladimir Lenin yang berpusat di Di Petrograd yang sebelumnya adalah kota St Petersbug atau Leningrad.
Revolusi 25 Oktober pada tahun 1917 dipicu oleh kombinasi keruntuhan ekonomi, perang saudara, dan ketidak-puasan terhadap sistem pemerintahan otokratis. Bersatunya kaum liberal dan moderat sosialis, berhasil merebut kekuasaan dari dominasi kekaisaran pada revolusi yang pertama, Februari 1917. Akan tetapi tidak lama, terjadi perebutan kekuasaan oleh komunis Bolshevik pada 25 Oktober 1917. Dukungan kaum buruh makin memudahkan kaum komunis Bolshevik menggulingkan Tsar Nikolas II dari Rusia dan mengakhiri sistem monarki yang sudah berlangsung berabad-abad lamanya.
Latar Belakang
            Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Revolusi Bolshevick adalah sebagai berikut :
a.         Perang Rusia-Jepang (1904-1905)
Perang tersbut disebabkan berlainan kepentingan kedua Negara dalam beberapa hal. Dari segi politik kedua Negara memperebutkan pengaruh di Cina dan Korea, Rusia menginginkan ekspansi ekonomi ke Manchuria. Juga Rusia menginginkan untuk menyewa semenanjung Laodung dan Port-Arthur. Perang ini juga dilakukan Nikolai II untuk mengalihkan perhatian masyarakat domestic Rusia sejalan dengan pergerakan revolusi yang tengah terjadi. Terbunuhnya Jendral Kondratenko yang merupakan tulang punggung pertahanan Port-Arthur terbunuh pada tanggal 2 Desember 1904. Juga tenggelamnya kapal tempur kebanggaan Rusia yaitu “Varyag” dan terbunuhnya komandan Armada Pasifik yaitu Stevan Makarov bersama kapalnya “Petropavlosk” serta kekalahan skuadron II Pasifik di pulau Tsusima. Perang diakhiri dengan perjanjian damai di Portsmouth di Amerika Serikat tanggal 5 September 1905. Isi perjanjiannya adalah Rusia mengembalikan Manchuria kepada Cina, mengakui kekuasaan Jepang di Korea. Rusia juga harus merelakan dilepasnya semenanjung Kwangtung dan Port-Arthur serta bagian selatan pulan Sakhalin kepada Jepang dan membayar ganti rugi rampasan perang kepada Jepang. Hal ini berpengaruh terhadap Rusia sendiri dan gerakan revolusi semakin gencar digerakan.
b.        Perang Dunia I ( 1914-1918 )
Latar belakang Rusia ikut andil dalam Perang Dunia I adalah berpartisipasi dalam kancah politik internasional serta Rusia sebagai bangsa Slav menjadi pendorong kuat terjun dalam Perang, hal ini terlihat dengan dukungan terhadap Serbia. Pada kahir tahun 1915 Rusia mengalami tekanan yang sangat berat dari serangan Jerman ke arah Timur yang mengakibatkan Rusia kehilangan Polandia, sebagian Baltik, Ukraina dan Belorusia. Akhir dari Rusia dalam perang dunia I oleh penguasa Bolshevik yang mana penguasa Petrogard menyerukan perdamaian. Perjanjian Brestk pada tahun 1918 mengakhiri keterlibatan Rusia dari Perang Dunia I.
c.         Perkembangan Marxisme
Latar belakang Rusia ikut andil dalam Perang Dunia I adalah berpartisipasi dalam kancah politik internasional serta Rusia sebagai bangsa Slav menjadi pendorong kuat terjun dalam Perang, hal ini terlihat dengan dukungan terhadap Serbia. Pada kahir tahun 1915 Rusia mengalami tekanan yang sangat berat dari serangan Jerman ke arah Timur yang mengakibatkan Rusia kehilangan Polandia, sebagian Baltik, Ukraina dan Belorusia. Akhir dari Rusia dalam perang dunia I oleh penguasa Bolshevik yang mana penguasa Petrogard menyerukan perdamaian. Perjanjian Brestk pada tahun 1918 mengakhiri keterlibatan Rusia dari Perang Dunia I.Pergerakan revolusioner dimotori oleh kaum revolusioner dari berbagai kalangan, yang kemudian dikenal dengan Baznochinsty. Kaum intelegensia terdiri dari akfitis mahasiswa, petani, sampai kelas-kelas pekerja perkotaan bahkan kelompok tennis minoritas dalam kekaisaran Rusia.
d.        Naikny Rezim Bolshevick
Bolshevik merupakan fraksi terbesar dalam Partai Pekerja Sosial Demokrat yang kemudian memisahkan menjadi partai tersendiri menjadi RSDRP (B) B artinya ialah Bolshevik. Sandaran ideology dan politik laum Bolshevik adalah Marxisme dan ajaran Lenin, namun keyakinan Kaum Bolshevik bahwa pertentangan sosial yang tak terdamaikan yang terjadi di Rusia merupakan hal yang harus terjadi dan revolusi merupakan sesutau yang mutlak. Diyakini pula bahwa pentingnya periode transisi dari kapitalisme ke sosialisme dimana diktatur proletariat merupakan syarat wajib bagi masa transisi tersebut. Revolusi bulan Februari merupakan kemenangan kaum borjuis, maka revolusi Ontober 1917 merupakan kemenangan kaum Bolshevik. Namun revolusi kaum Bolshevik mendapat perlawanan dari berbagai golongan seperti pasukan Yungker (pasukan elit Negara) dan unit kekuatan militer,
e.         Terbentuknya RSFSR (Republik Sosial Federasi Rusia)
Dalam Sidang III Dewan Pekerja, Militer dan Petani di Petrograd, kaum Bolshevik meresmikan berdirinya Negara Republik Soviet Rusia yang telah diproklamirkan pada tanggal 7 Januari 1917 dan mengubah namanya menjadi RSFSR (Republik Soviet Sosialis Federasi Rusia). Kemudian Bolshevik menyusun kebijakan berupa nasionalisasi perbankan-indsutri, pembentukan kontrol pekerja dan pembagian kerja sebagai langkah persiapan nasionalisasi seluruh industri dan perdagangan, pembentukan monopoli pemerintah dalam pembentukan perdagangan luar negeri. Juga penyitaan tanah-tanah milik tuan tanah, nasionalisasi seluruh anah, dan yang lebih penting adalah mengejar ketertinggalan ekonomi Negara dengan cara memacu perkembangan kekuatan produksi.
Konstitusi juga dibentuk berupa diktatur proletariat yang ebertujuan penghancuran Burjuasi dan penghentian penindasan manusia oleh manusia dan perwujudan sosialisme, dimana tidak ada lagi perbedaan kelas dan tidak ada lagi kekuasaan Negara.
f.         Perang Saudara ( 1918-1920 )
Peristiwa ini dipicu oleh perbedaan dalam memandang situasi dalam neger, yang menimbulkan adanya polarisasi kekuasaan yatu kubu Merah (Bolshevik) dan kubu Putih (kelompok sosialis lainnya). Yang akhirnya memecah rakyat (petani) dan mengombang-ambing dalam pemihakan masing-masing. Hal in diperkeruh dengan masuknya intervensi asing guna menghancurkan sarang revolusi dan upaya mengembelikan kapitaslisme ke Rusia.
Kronoligis Revolusi
Gerakan revolusi pertama yang menentang kekuasan Tsar adalah Pemberontakan Desembris tahun 1825. Gerakan in melibatkan para perwira muda yang mengadakan perlawanan di alun-alun kota StPetersburg dan gerakan ini berhasila ditumpas. Gerakan Desembris ini gagal karena tidak mendapatkan dukungan massa dan terlalu kebarat-baratan. Ajaran Karl Marx berperan dalam revolusi yang terjadi, karena ajarannya sesuai denga kondisi pada masyarakat Rusia. Georgy Plekhanov dia mendirikan kelompok Marxis bernama Pembebasan Pekerja di Jenewa tahun 1883. Bahwa perkembangan kapitalisme di Rusia akan melahirkan sebuah proletariat dan justru kelas inilah yang akan memimpin revolusi. Ramalan Plekhanov terbukti ketika terjadi perkembangan industri akan mengambil bagian dalam memimpin revolusi tahun 1905 dan tahun 1917. Gelombang revolusi menuntut perubahan Negara secara radikal. Penggulingan otokrasi dan pembentukan demokrasi, serta penghapusan struktur kelas bangsawan terbagi dalam tiga gelombang :
Gelombang pertama (9 Januari- September 1905) adanya pemogokan dan demonstrasi di berbagai kota dan terbentuknya Dewan Perwakilan Pekerja di kota Ivanovo Voznesensk. Serta peristiwa minggu berdarah tanggal 9 Januari 1905 terjadi ketika 140 ribu pekerja St Petersburg yang mengadakan aksi damai di Istana Musm Dingin (Winter Palace) untuk menyampaikan petisi kepada Tsar, namun dibalas dengan tembakan pasukan tentara kerajaan.
Pemogokan Umum Oktober 1905 (pemogokan seluruh Rusia) yang diikuti sekitar 3 juta pekerja. Terbentuknya dewan-dewan pekerja, dewan tentara yang menuntut diberlakukannya hak demokrasi dan kebebasan, termasuk pemberlakuan 8 jam per hari kerja. Hal ini mendorong pemerintah mengeluarkan Manifesto 17 Oktober sebagai jawaban dari tuntutan masyarakat. Manifesto ini menunjukan adanya keseimbangan kekuatan pemerintah dengan kaum revolusioner namun kekuasan Tsarisme masih berdir Kaum Menshevik menilai bahwa revolusi telah mencapai apa yang diinginkan.
Kemudian mereka menyerukan dihentikannya pemogokan massal tersebut. Kaum borjuis menengah bersama kaum intelegensia membentuk partai “Kebebasan rakyat’ yang dikenal dengan sebutan kadet. Mereka menuntut perubahan demokratis dalam rangka sistem monarki parlementer. Ada perlawanan menentang gerakan revolusi yaitu Pyotr Stolypin yang menjabat sebagai Ketua Dewan Menteri merangkap sebagai Mendagri. Dengan gigih mempertahankan tatanan monarkhi Rusia ditengah arus gerakan revolusioner yang terjadi. Pyotr lalu mengeluarkan reformasi agraria yang bertumpu pada kekuatan petani kaya (kulak) di pedesaan. Petani-petani kaya ini tumbuh dari kalangan non bangsawan yang berhasil memerdekakan diri dan menjadi kelas baru dalam masyarakat Rusia. Namun reformasi ini mengalami kegagalan setelah Stolypin terbunuh pada tahun 1911. Revolusi Februari 1917 ini telah mengakhiri kekuasaan monarki Rusia, memutus kekuasan garis keturunan Dinasti Romanov, dan memberikan dasar bagi kehidupan yang lebih demokratis.
 Revolusi ini dipicu pada tanggal 22 Februari mengenai pemberhentian sekitar 30 ribu pekerja Petrograd yang menimbulkan reaksi begitu keras sehingga pada tanggal 23 sampai 25 Februari terjadi pemogokan besarbesaran. Tentara yang ditugaskan menghentikan pemogokan tersebut berbalik memihak para demonstran. Tanggal 2 Maret 1917, Tsar Nikolai II mengundurkan diri dari tahta Imperium Rusia dan Negara dalam keadaa Vacum of power, maka dibentuk pemerintahan sementara, namun ini mendapat pesaing dalam memegang pemerintahan yaitu Dewan dan Prajurit Petrograd yang tidak mengklaim adanya pemerintahan sementara.
Namun pada tanggal 24 Juni dibentuk Pemerintahan Koalisi dari kedua yang dipimpin Aleksander Kerensky. Pemerintahan sementara lebih mempunyai legitimasi, namun secara rill kekuasaan dipegang oleh Soviet Petrograd yang mempunyai dukungan luas di kalangan rakyat, juga memiliki kekuatan bersenjata. Rencana Revolusi Oktober telah dirancang sedemikian rupa dengan langkah pertama menguasai objek-objek vital seperti jembatan, stasiun kereta api, pembangkti listrik, bank. Kemudian menyerang Istana Musim Dingin, yang merupakan simbol kekuasaan pemerintah, untuk memusnahkan pemerintahan sementara.
Pada tanggal 10 Oktober 1917 Komite Sentral RSDRP (B) mengeluarkan resolusi pemberontakan bersenjata. Namun hal ini mendapat tentangan oleh tokoh-tokoh komunis seperti Lev Kamenev, Grigory Zinoviov. Namun suara mereka dapat dikalahkan oleh Lenin mengenai pentingnya pengambilan kekuasan dengan kekuatan bersenjata. Dibentuk pula Komite Militer Revolusi dipimpin oleh Pavel Lazimir, Kudeta Petrograd terjadi pada tanggal 25 Oktober 1917 adanya pemindahan kekuasaan dari Pemerintahan Sementara ke Komite Militer Revolusioner.
Sejak 8 November 1917, setelah Revolusi Oktober berhasil, Uni Soviet dipimpin oleh Vladimir Ilyich Ulyanov atau lebih dikenal dengan Lenin (1870-1924). Pada masa kepemimpinannya, Lenin menjalankan roda pemerintahan dengan tangan besi. Untuk merealisasikan idealismenya tentang kekuasaan, pada Desember 1917 Lenin mendirikan Cheka atau Polisi Rahasia yang digunakan untuk meneror lawan-lawan politiknya. Lenin dengan pemerintahan Bolsheviks-nya tidak segan-segan untuk membunuh siapa saja yang menjadi lawannya. Lenin sendiri mengatakan bahwa kekuasasan yang ia pegang sebagai kekuasaan berdasarkan kekuatan dan tidak dibatasi oleh hukum apapun. Pada Juli 1918, Tsar (Kaisar) Nicholas II dan keluarganya dihukum mati oleh kaum Bolsheviks secara kejam. Kemudian pada 3 Maret 1918, Lenin menandatangani Perjanjian Brest- Litovsk.
Tak lama, terjadilah perang saudara antara “tentara putih” yang didukung oleh anggota Kerajaan Rusia (sanak-saudara Nicholas), para pebisnis, tentara, pegawai pemerintahan, serta kaum gereja ortodoks Rusia melawan “tentara merah” yang didukung penuh oleh kaum komunis pimpinan Lenin. Dalam perang ini, tentara putih dibantu Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jepang. Akhirnya, perang saudara ini dimenangkan tentara merah pimpinan Leon Trotsky. Pada saat itu juga terjadi tragedy kemanusiaan, kelaparan yang menghebat di seluruh negeri. Lenin pun kemudian melakukan kejutan bagi kaum komunis, yakni menginzinkan adanya perusahaan perusahaan milik pribadi serta toko-toko untuk melakukan bisnis kembali, guna mengatasi keadaan ekonomi darurat. Kehidupan Lenin berakhir di ranjang tidur akibat serangan jantung sebanyak tiga kali pada tanggal 21 Januari 1924. Lenin meninggal sebelum propaganda komunismenya berlanjut. Sementara itu Partai Bolsheviks berubah nama menjadi Partai Komunis Rusia. Juga diumumkan pembentukan perdamaian yang demokratis, penghapusan kepemilikan tanah oleh para tuan tanah, pengenalan kontrol pekerja keras atas produksi dan pembentukan Pemerintahan Soviet. Sidang Soviet tersebut dibentuk Pemerintahan Soviet yang diketuai oleh Lenin sebagai kepala Negara, juga dibentuk Komite Sentral Eksekutif seluruh Rusia yang diketuai Lev Kamenev sebagai kepala pemerintahan. Dikeluarkan pula Dekrit tentang tanah dan perdamaian.
Pengaruh Revolusi Bolsheviks Terhadap Perkembangan Komunisme
Rusia
Sepeninggal Lenin, terdapat tokoh komunis lain, yakni Leon Trostky. Namun, akhirnya Uni Soviet diambil alih oleh seorang kader komunis lain yang tidak disukainya, Joseph Stalin. Dalam pandangan Lenin, karakter Stalin terlalu keras dan tidak terlalu berbakat menjadi seorang pemimpin komunis. Keberhasilan Stalin untuk meraih tampuk kepemimpinan adalah dengan meminta dukungan dari dua anggota Politbiro Komunis yang sangat berpengaruh, yaitu Lev Kamanev dan Grigoni Zinoviev Trostky. Setelah itu, Partai Komunis Uni Soviet dipimpin langsung oleh Stalin. Kedudukannya semakin hari semakin kuat yang pada ujungnya menghantarkan Stalin menjadi seorang penguasa dictator pada 1929. Selama masa kekuasaannya, Stalin tidak kalah kejam dari Lenin. Stalin membuat kebijakan yang sangat kontroversial. Seluruh petani di Uni Soviet diwajibkan untuk bergabung ke dalam Kolkhozy, sebuah lembaga khusus petani yang didirikan oleh pemerintahan Stalin. Lembaga Kolkhozy kemudian wajib menjual seluruh komoditasnya kepada pemerintah dengan harga yang sangat rendah. Hasil dari strategi Stalin digunakannya untuk membiayai industri-industri yang sedang berkembang di Uni Soviet. Akibat dari strategi ini, selama 1932 sampai 1933, para petani menderita kelaparan karena miliknya digunakan untuk industri. Kelaparan ini menewaskan 5 hingga 7 juta penduduk Uni Soviet. Petani-petani yang memberontak harus mengakhiri hidupnya di tangan pemerintah atau menjalani kerja paksa di Semenanjung Siberia dan dataran rendah Kaspia. Industri Uni Soviet melaju dengan pesat akibat sokongan para petani. Akan tetapi, perkembangan industri tersebut terhambat langsung tatkala berlangsung Perang dunia II. Pasca PD II, industri kembali dilanjutkan. Stalin sendiri meninggal dunia pada tahun 1953 akibat serangan jantung.
Di luar Rusia

Peristiwa Bolsheviks di Petrograd pada selanjutnya banyak mengilhami pergerakan kaum komunis di penjuru Asia lainnya, seperti yang terjadi di Cina dan Indonesia. Dengan semangat buruh (di Rusia) dan petani (di Cina), partai komunis di perbagai negara mengalami perkembangan yang relatif cepat karena sifatnya yang agresif lagi revolusioner. Peristiwa kudeta ala Lenin cukup mengilhami petinggipetinggi di negara lainnya untuk melakukan kup politik berdarah. Dan setelah kudeta politik berhasil dan para petinggi komunis tersebut naik jabatan, maka kebijakan-kebijakan negara pun bukannya ditujukan pada kemakmuran rakyat jelata (proletar) yang sebelumnya mereka perjuangkan. Sebaliknya, sejarah senantiasa mencatat bahwa pemerintahan komunis yang dicapai melalui kudeta berdarah, acap kali malah melupakan rakyat (petani dan buruh) yang dulu mendukungnya. Para pemimpin komunis cenderung memerhatikan partai komunis mereka ketimbang rakyat kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar